Harga Kedelai Melonjak Tinggi, PKS Minta Kurangi Ketergantungan Impor

Kamis, 17 Februari 2022 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pangan harus proaktif mencarikan solusi dalam mengatasi mahalnya harga kedelai yang berimbas pada pasokan tahu dan tempe.

Anggota Komisi VI DPR Amin AK pun meminta anak buah Menteri BUMN Erick Thohir tersebut segera berkoordinasi dengan stakeholder lainnya untuk meminimalisir ketergantungan pada kedelai impor.

"Tren cuaca dan perubahan iklim ke depan berpotensi menyulitkan pasokan kedelai impor karena Indonesia harus bersaing dengan negara-negara besar konsumen kedelai lainnya, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat," ucap Amin saat dikonfirmasi Merahputih.com, Kamis (17/2).

Baca Juga:

Kedelai Mahal dan Langka, Pemerintah Diminta Respons Cepat

Menurut Amin, ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor menjadi penyebab krisis pasokan sekaligus instabilitas harga kedelai. Dari kebutuhan 3 juta ton per tahun, 90 persen atau 2,7 juta ton harus dipenuhi dari impor.

"Ketahanan pangan khususnya kedelai kita sangat rentan. Krisis pasokan kedelai berpotensi terus berulang mengingat ancaman perubahan iklim yang memengaruhi produksi global. Mau impor saja nanti sulit karena harus berebut dengan negara lain,” beber Amin.

Lebih lanjut, politikus PKS ini mengatakan, permasalahan mahalnya harga kedelai disebabkan oleh gagalnya pemerintah mengantisipasi kelangkaan pasokan kedelai baik kedelai impor maupun kedelai lokal. Padahal tren kenaikan harga kedelai sudah muncul sejak pertengahan tahun 2021 lalu, yang disebabkan oleh dampak cuaca ekstrem sehingga menurunkan produksi di negara produsen utama dunia seperti Argentina dan Brasil.

Baca Juga:

Harga Kedelai Melonjak, Tahu Tempe Makin Tipis dan Naik 20 Persen

Pada saat bersamaan, terjadi pembelian dalam skala besar (rush buying) dari Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama setelah badai Ida berakhir pada Desember 2021 lalu.

Dengan kondisi global seperti itu, menurut Amin, kalau punya uang pun belum tentu bisa penuhi kebutuhan lewat impor.

"Kondisi ini berpotensi memicu spekulasi harga, yang menjadi penyebabnya naiknya harga kedelai," ucap Amin.

Di samping itu, Amin pun mendesak Kementerian Perdagangan untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya spekulasi harga dan praktik kartel kedelai impor yang menyebabkan terjadinya oligopoli atau dikuasainya pasokan kedelai oleh segelintir perusahaan.

Merujuk data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), hingga akhir Februari 2022 ini, stok kedelai impor hanya tersedia 300 ribu ton. Sedangkan rata-rata kebutuhan kedelai bulanan sekitar 250 ribu ton. (Asp)

Baca Juga:

Harga Kedelai Impor Naik, Perajin Tahu Tempe di Jatim Menjerit

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan