Efek Jangka Panjang Makan Bergizi Gratis, Ekonom: Bikin Hidup Masyarakat Tergantung sama Pemerintah
Rabu, 08 Januari 2025 -
MerahPutih.com - Ekonom dan pemerhati kebijakan publik Achmad Nur Hidayat menilai, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berefek pada jangka panjang. Menurutnya program Presiden Prabowo ini berpotensi menciptakan ketergantungan masyarakat pada bantuan pemerintah.
“Alih-alih membangun kemandirian dalam hal penyediaan makanan bergizi, masyarakat mungkin menjadi pasif dan bergantung pada distribusi makanan dari dapur (MBG),” kata Achmad di Jakarta dikutip Rabu (8/1).
Menurut Achmad, masyarakat menjadi enggan untuk memasak sendiri makanan sehat lantaran selalu diberikan pemerintah.
“Hal ini tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang meningkatkan kesadaran dan praktik gizi di tingkat rumah tangga,” jelas Achmad.
Baca juga:
DPR Tekankan Pentingnya Keberlanjutan dan Pengawasan Program Makan Bergizi Gratis
Sebagai alternatif, menurutnya program ini seharusnya fokus pada pemberdayaan masyarakat.
“Khususnya untuk memproduksi dan mengelola sumber makanan lokal secara mandiri,” tutur Achmad.
Misalnya, program pelatihan pertanian organik atau dukungan bagi petani lokal dapat menjadi solusi yang lebih berkelanjutan.
“Daripada melalukan distribusi makanan secara langsung,” jelas ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.
Meskipun pemerintah optimistis bahwa seluruh penerima manfaat akan terjangkau dalam waktu tiga hingga lima tahun, target ini tampak terlalu ambisius mengingat tantangan logistik, anggaran, dan koordinasi.
Ada kekhawatiran bahwa setelah lima tahun, program ini mungkin tidak berkelanjutan tanpa suntikan dana tambahan yang besar.
“Selain itu, tanpa strategi exit yang jelas, program ini bisa berakhir sebagai solusi sementara yang tidak mengatasi akar masalah gizi buruk di Indonesia,” sebut Achmad.
Baca juga:
Dia beranggapan, Pemerintah perlu mengevaluasi kembali desain program ini untuk memastikan bahwa sumber daya dialokasikan secara efisien dan menjangkau masyarakat yang paling membutuhkan.
Lebih lanjut, menurutnya pendekatan yang lebih berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan kolaborasi dengan program-program gizi yang sudah ada dapat menjadi solusi.
“Khususnya untuk mencapai tujuan jangka panjang peningkatan gizi nasional,” tutup Achmad. (Knu)