Efek Gentar, Strategi Penting dalam Mengatasi Ancaman Maritim Indonesia
Selasa, 23 Desember 2025 -
MERAHPUTIH.COM - IBARAT rumah, pagar dibangun melingkar mengelilingi bangunan inti sebagai pelindung ancaman dari berbagai penjuru. Prinsip pertahanan konvensional itu berlaku pula pada negara. Meski begitu, berbeda dengan rumah, Indonesia tak mungkin membangun pagar fisik karena dua pertiga wilayahnya berupa lautan dengan lebih dari 17.000 pulau.
Posisi strategis Indonesia sebagai negara kepulauan di persimpangan samudra dan benua nyatanya tak didukung dengan pertahanan maritim mumpuni. Belum optimalnya pemenuhan essential force, lemahnya postur pertahanan laut, dan kurangnya pemahaman tentang budaya maritim sebagai landasan kebijakan politik dalam dan luar negeri masih menjadi pekerjaan rumah serius dalam menangkal ancaman untuk menjaga kedaulatan.
Dengan latar belakang geografis, geopolitik, dan strategis itu, sangat penting membangun sistem pertahanan efektif untuk menciptakan efek gentar (deterrence effect) atau kemampuan menahan agresi lawan dengan menunjukkan konsekuensi nan akan ditimbulkan.
“Efek gentar diterapkan bukan hanya pada kondisi konflik, melainkan pula pada situasi damai bersifat semu. Terdapat dua strategi utama, penyangkalan dan pembalasan. Aktor negara berupaya meningkatkan kemampuan fisik dan non-fisik untuk membuat lawan ragu untuk melakukannya,” kata Rizki Marman Saputra pada sidang promosi doktor Program Studi Doktor Kajian Stratejik dan Global Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia.
Baca juga:
Prabowo dan PM Inggris Temu Virtual, Bahas Kemitraan Maritim, Pendidikan hingga Isu Global
Implikasi efek gentar bagi wilayah maritim Indonesia, sambung Rizki, selain dapat mencegah agresi, juga menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara, dan memperkuat kedaulatan maritim melalui pengawasan dan perlindungan wilayah laut.
Belakangan, kawasan laut Indonesia menghadapi ancaman serius bahkan belum pernah terjadi sebelumnya, seperti peningkatan ketegangan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik sehingga laut menjadi arena pertarungan strategis, sabotase infrastruktur bawah laut nan salah satunya penemuan Seaglider di Selayar, Sulawesi Selatan, pada 2020, armada bayangan (shadow fleet), dan serangan siber.
“Kontur ancaman terhadap pertahanan, keamanan, dan kedaulatan Indonesia sebagai negara maritim sangat kompleks, multidimensional, dan terus berkembang, sehingga memerlukan pengembangan strategi dan taktik pemberi efek gentar kepada potensi agresor,” kata Rizki menegaskan pentingnya menghitung ancaman masa depan di wilayah perairan Indonesia dengan penerapan strategi efek gentar.
Secara ideal, sambungnya, penerapan efek gentar memerlukan peningkatan kapabilitas militer, modernisasi alutsista, pengawasan maritim secara efektif, dan kerja sama regional dan internasional. Jika efek gentar telah diaplikasikan dengan kuat, proporsional, dan berkelanjutan, itu akan beroleh respons berbeda dari negara-negara di kawasan bahkan mengubah dinamika geopolitik regional.(*)
Baca juga: