Demi Meraih Cita-Cita, Esti Bersahabat dengan Getek
Sabtu, 28 Mei 2016 -
MerahPutih Nasional - Pagi itu, Sabtu (28/5), matahari masih belum menampakkan dirinya. Namun, Esti bersama sejumlah rekan lainnya bergegas berangkat ke sekolah. Esti rela bangun pagi, agar saat menyebrang dengan rakit atau getek di kawasan Sungai Bengawan Solo tidak terjadi antrean. Karena, kalau terjadi antrean, ia pasti akan terlambat datang ke sekolah.
Dengan menggunakan seragam pramuka dan sepeda mininya, ia langsung bergegas menaiki getek untuk meyebrang ke Kota Solo dari Sukoharjo. Untuk menyebrang dua perbatasan yang memiliki panjang sekitar 100 meter ini, hanya membutuhkan beberapa menit saja. Sebenarnya, ada jembatan lain untuk dilewati, namun waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Setelah menyebrang, ia sampai di Kota Solo. Senyum dan rasa lega terpancar jelas dibenaknya. Kemudian, ia bergegas mengayuh sepedanya untuk menuju ke sekolah. Ketika berbincang dengan Merahputih.com, usai menyebrang, ia mengaku memang sedikit takut. Karena terkadang arus air sangat deras. Namun, itu semua ia hiraukan demi sebuah cita-cita yang menjadi penyemangatnya di bangku sekolah.
Bahkan, siswa yang duduk di kelas 2 SMP ini mengakui bahwa setiap berangkat maupun pulang ke sekolah, getek ini menjadi saksi dan teman sejatinya. Bahkan, saat menyebrang tak jarang ia terkena percikan air yang tak ia risaukan.
“Sehari biasanya nyebrang membutuhkan uang Rp 2.000, karena berangkat Rp 1.000 dan pulang Rp 1.000. Sebenarnya ingin melewati jembatan yang ada, namun jaraknya jauh mas. Mending lewat disini, ke sekolah lebih dekat,” katanya sambil sesekali mengusap keringat di wajahnya.
Walau begitu, suatu saat nanti ia tetap berharap pemerintah mau menyediakan lokasi penyebrangan alternatif di dua wilayah tersebut. (Win)
BACA JUGA: