Dari Eksploitasi Hingga Pelecehan Seksual, Alanis Morissette Ungkap Kelamnya Menjadi Musisi Perempuan

Kamis, 30 April 2020 - Iftinavia Pradinantia

KETIKA mendengar kata 'musisi internasional', kita langsung membayangkan kehidupan serba glamor bergelimang harta dan ketenaran. Segala hidup menjadi lebih mudah terutama bagi mereka yang terkenal. Namun tampaknya itu tidak selalu manis bagi para musisi perempuan.

Baca juga:

Inspiratif, Film Dokumenter Michelle Obama akan Hadir di Netflix

Dalam meraih puncak popularitas, tidak sedikit musisi perempuan harus melewati berbagai kepahitan. Mulai dari dipandang sebelah mata, diperlakukan semena-mena hingga mengalami pelecehan seksual. Itulah yang coba diungkapkan oleh musisi perempuan, Alanis Morissete.

Alanis Morissette
Alanis Morissette (Sumber: TCPalm)

Dalam wawancaranya bersama media Inggris The Sunday Times, penyanyi dan penulis lagu asal Kanada tersebut membagikan opininya tentang gerakan #MeToo yang marak di industri musik. Ia begitu vokal tentang pentingnya membela diri sendiri dan meneriakkan stigma yang menempel di musisi perempuan untuk menguak tentang penyalahgunaan wewenang.

Baca juga:

Awalnya Tidak untuk Dirilis, Lagu 'Ocean Eyes' dari Bilie Eilish Malah Jadi Hit

Memulai karirnya sejak masih remaja, Morrissete menjelaskan pahitnya perjalanan seorang perempuan menjadi musisi dunia. Ia menjelaskan bahwa kala itu ia menjadi subyek yang harus tunduk dengan berbagai bentuk eksploitasi, kerugian keuangan, dan pelecehan seksual.

"Kemarahan perempuan diekspresikan dengan sangat buruk tetapi itulah bagian dari menjadi manusia," ujarnya. Menurutnya, hal tersebut bukan hanya menimpanya. Banyak musisi perempuan yang bernasib sama dengannya.

Alanis Morissette
Alanis Morissette (Sumber: USA Today)

Dirinya menambahkan walaupun gerakan #MeToo pertama kali muncul di industri perfilman, masalah yang dihadapi di industri musik jauh lebih besar dan pelik. "Mereka menghadapi ancaman yang tak main-main mulai dari kehilangan kepercayaan, kehilangan reputasi, hingga tidak dipercaya publik," ungkapnya.

"Cara kami mengekspresikan kemarahan bukanlah dengan meninju wajah seseorang melainkan lewat hal-hal lain seperti meninggikan suara, mengatakan tidak, atau menjadi seorang feminis," tukasnya. (avia)

Baca juga:

Bosan #DirumahAja? Yuk Coba Tutorial Make-Up Ala Lana Condor, Kim Kardashian dan Rihanna

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan