Coba Koreksi Pola Asuh, Jangan Sampai Kamu Jadi Strict Parents
Jumat, 27 Desember 2024 -
Merahputih.com - Pola asuh strict parent berprevelensi tinggi terhadap risiko depresi anak. Pola asuh orang tua seperti ini masih banyak diyakini supaya anak patuh, yang terjadi justru sebaliknya.
Pola pendidikan strict parent sendiri memiliki karakter khas yakni keputusan mutlak tanpa ada pendeketan dengan anak. Hal ini menjurus pada pola asuh otoriter.
Dilansir laman psychcentral, pola asuh otoriter adalah pola pendidikan ketat dan tidak fleksibel. Bapak atau ibu memaksakan seperangkat aturan yang tidak fleksibel pada anak, bertujuan mengharapkan anak untuk patuh tanpa mempertanyakan aturan atau harapan mereka.
Misalnya, orang tua mungkin memberikan tugas tertentu, dan tidak ada ruang untuk bernegosiasi mengenai tugas apa saja yang harus dilakukan atau kapan tugas tersebut harus diselesaikan.
Pola asuh otoriter ini mendorong bermacam perilaku kekerasan pada anak, dari kekerasan mental hingga psikis. Anak terkadang dihukum hanya karena satu kesalahan sederhana dan masih bisa bisa ditolerir, tapi tidak dimaafkan. Orang tua dengan gaya ini kurang mengayomi dan bisa jadi bersikap dingin.
Baca juga:
Sebelum Jadi Orang Tua, Ini 4 Skill Parenting yang Wajib Dipelajari
Dilansir laman neurosciencenews, dalam Kongres European College of Neuropsychopharmacology (ECNP) di Wina, seoramg peneliti Dr. Evelien Van Assche mengemukan anak yang dibesarkan dengan pola pendidikan keras mengalami perubahan DNA. Akibatnya membuat anak tumbuh besar dengan kondisi rentan terhadap depresi.
“Kami menemukan bahwa pola asuh yang dianggap kasar, dengan hukuman fisik dan manipulasi psikologis, dapat memberikan serangkaian instruksi tambahan tentang bagaimana gen dibaca hingga tertanam dalam DNA. Kami memiliki beberapa indikasi bahwa perubahan ini sendiri dapat membuat anak yang sedang tumbuh rentan terhadap depresi. Hal ini tidak terjadi pada tingkat yang sama jika anak-anak memiliki pola asuh yang mendukung," kata dia dikutip Jumat (27/12).
Penelitian serupa juga ditemukan dalam sebuah studi tahun 2015, para peneliti di Universitas Kerajaan Phnom Penh menemukan bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa dan staf menderita kecemasan atau depresi, dengan beberapa mengaitkan kondisi mereka dengan pola asuh yang kasar.
Baca juga:
Apa Itu Bulldozer Parenting? Mengapa Terlalu Melindungi Anak Bisa Berdampak Buruk
Pola asuh otoriter bersifat kaku dan dikaitkan dengan hasil yang buruk. Depresi hanya satu dari risiko yang muncul akibat pola asuh strict parent. Masih ada banyak dampak buruk pada anak karena pola asih strict parent.
1. Prestasi akedemik tidak maksimal
Beberapa kondisin anak yang dididik dengan pola asuh otoriter kesulitan untuk mencapai prestasi. Alasannya anak menjadi tidak fokus, takut.
2. Rendahnya kepuasan hidup
Gaya pengasuhan otoriter murni dapat memengaruhi tingkat kepuasan hidup anak dan orang tua.
Misalnya, anak sudah berusaha memenuhi dan mengikuti intruski keototarian orang tua. Namun masih ada yang tidak tercapai, anak maka orang tua cenderung tidak puas.
Anak merasa tidak mendapatkam validasi dari orang tuanya. Sedangkan orang tua merasa anak tidak berusaha benar-benar. Ketidakpuasan ini menyebabkan rendahnya rasa puas antara satu dengan yang lainnya.
3. Anak sulit dalam mengambil keputusan
Menurut sebuah studi tahun 2006 terhadap orang tua di budaya Asia, anak-anak dengan orang tua yang strict jadi memiliki harga diri yang lebih rendah.
Mereka bergantung pada orang lain untuk membangun rasa percaya diri mereka, yang tidak sepenuhnya bawaan karena mereka selalu meminta persetujuan dari orang tua.
Harga diri mereka yang rendah menyebabkan mereka kesulitan dalam mengambil keputusan.
Harga diri yang rendah mungkin terkait dengan kecenderungan pola asuh ketat untuk membesarkan anak dengan lebih sedikit empati dan penerimaan sosial dari teman sebaya.
4. Berpotensial meneruskan trauma ke generasi selanjutnya
Anak yang terbiasa dengan pola pendidikan ketat cenderung meneruskan cara yang sama ke anaknya. Walaupun pola asuh ketat tersebut berindikasi toxic. (Tka)