Coba Koreksi Pola Asuh, Jangan Sampai Kamu Jadi Strict Parents

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Jumat, 27 Desember 2024
Coba Koreksi Pola Asuh, Jangan Sampai Kamu Jadi Strict Parents

Pola asuh orang tua menentukan proses tumbuh kembang anak. (Foto: Pexel/Araceli Enriquez)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

Merahputih.com - Pola asuh strict parent berprevelensi tinggi terhadap risiko depresi anak. Pola asuh orang tua seperti ini masih banyak diyakini supaya anak patuh, yang terjadi justru sebaliknya.

Pola pendidikan strict parent sendiri memiliki karakter khas yakni keputusan mutlak tanpa ada pendeketan dengan anak. Hal ini menjurus pada pola asuh otoriter.

Dilansir laman psychcentral, pola asuh otoriter adalah pola pendidikan ketat dan tidak fleksibel. Bapak atau ibu memaksakan seperangkat aturan yang tidak fleksibel pada anak, bertujuan mengharapkan anak untuk patuh tanpa mempertanyakan aturan atau harapan mereka.

Misalnya, orang tua mungkin memberikan tugas tertentu, dan tidak ada ruang untuk bernegosiasi mengenai tugas apa saja yang harus dilakukan atau kapan tugas tersebut harus diselesaikan.

Pola asuh otoriter ini mendorong bermacam perilaku kekerasan pada anak, dari kekerasan mental hingga psikis. Anak terkadang dihukum hanya karena satu kesalahan sederhana dan masih bisa bisa ditolerir, tapi tidak dimaafkan. Orang tua dengan gaya ini kurang mengayomi dan bisa jadi bersikap dingin.

Baca juga:

Sebelum Jadi Orang Tua, Ini 4 Skill Parenting yang Wajib Dipelajari

Dilansir laman neurosciencenews, dalam Kongres European College of Neuropsychopharmacology (ECNP) di Wina, seoramg peneliti Dr. Evelien Van Assche mengemukan anak yang dibesarkan dengan pola pendidikan keras mengalami perubahan DNA. Akibatnya membuat anak tumbuh besar dengan kondisi rentan terhadap depresi.

“Kami menemukan bahwa pola asuh yang dianggap kasar, dengan hukuman fisik dan manipulasi psikologis, dapat memberikan serangkaian instruksi tambahan tentang bagaimana gen dibaca hingga tertanam dalam DNA. Kami memiliki beberapa indikasi bahwa perubahan ini sendiri dapat membuat anak yang sedang tumbuh rentan terhadap depresi. Hal ini tidak terjadi pada tingkat yang sama jika anak-anak memiliki pola asuh yang mendukung," kata dia dikutip Jumat (27/12).

Penelitian serupa juga ditemukan dalam sebuah studi tahun 2015, para peneliti di Universitas Kerajaan Phnom Penh menemukan bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa dan staf menderita kecemasan atau depresi, dengan beberapa mengaitkan kondisi mereka dengan pola asuh yang kasar.

Baca juga:

Apa Itu Bulldozer Parenting? Mengapa Terlalu Melindungi Anak Bisa Berdampak Buruk

Pola asuh otoriter bersifat kaku dan dikaitkan dengan hasil yang buruk. Depresi hanya satu dari risiko yang muncul akibat pola asuh strict parent. Masih ada banyak dampak buruk pada anak karena pola asih strict parent.

1. Prestasi akedemik tidak maksimal

Beberapa kondisin anak yang dididik dengan pola asuh otoriter kesulitan untuk mencapai prestasi. Alasannya anak menjadi tidak fokus, takut.

2. Rendahnya kepuasan hidup

Gaya pengasuhan otoriter murni dapat memengaruhi tingkat kepuasan hidup anak dan orang tua.

Misalnya, anak sudah berusaha memenuhi dan mengikuti intruski keototarian orang tua. Namun masih ada yang tidak tercapai, anak maka orang tua cenderung tidak puas.

Anak merasa tidak mendapatkam validasi dari orang tuanya. Sedangkan orang tua merasa anak tidak berusaha benar-benar. Ketidakpuasan ini menyebabkan rendahnya rasa puas antara satu dengan yang lainnya.

3. Anak sulit dalam mengambil keputusan

Menurut sebuah studi tahun 2006 terhadap orang tua di budaya Asia, anak-anak dengan orang tua yang strict jadi memiliki harga diri yang lebih rendah.

Mereka bergantung pada orang lain untuk membangun rasa percaya diri mereka, yang tidak sepenuhnya bawaan karena mereka selalu meminta persetujuan dari orang tua.

Harga diri mereka yang rendah menyebabkan mereka kesulitan dalam mengambil keputusan.

Harga diri yang rendah mungkin terkait dengan kecenderungan pola asuh ketat untuk membesarkan anak dengan lebih sedikit empati dan penerimaan sosial dari teman sebaya.

4. Berpotensial meneruskan trauma ke generasi selanjutnya

Anak yang terbiasa dengan pola pendidikan ketat cenderung meneruskan cara yang sama ke anaknya. Walaupun pola asuh ketat tersebut berindikasi toxic. (Tka)

#Parenting #Ilmu Parenting #Anak
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Indonesia
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus
KPAI sudah tiba di Polda Metro Jaya sejak pagi tadi untuk mengawasi proses pemeriksaan terhadap ratusan anak yang diamankan karena terlibat unjuk rasa depan Gedung.
Wisnu Cipto - Selasa, 26 Agustus 2025
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus
Berita Foto
Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta
Anak-anak dengan penuh keceriaan mengikuti pawai karnaval HUT ke-80 Republik Indonesia di Kawasan Juraganan, Grogol Utara, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
Didik Setiawan - Sabtu, 23 Agustus 2025
Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta
Indonesia
Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang
Program pemerintah sebenarnya lengkap, tinggal bagaimana memastikan petugas lapangan benar-benar aktif
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang
Fun
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Periode libur long weekend di Agustus ini jadi saat yang tepat untuk mengunjungi kolam renang.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 Agustus 2025
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Indonesia
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Perlu diiringi dengan edukasi yang mencakup tiga elemen kunci yakni anak, orangtua, dan tenaga pendidik.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Lifestyle
Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Orangtua juga perlu tahu bahwa ada sisi positif dari gim daring ini.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
 Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Indonesia
Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie
Perubahan pola makan tidak cukup hanya dengan menyuruh anak, tapi harus dimulai dari kebiasaan seluruh keluarga.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 16 Juli 2025
Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie
Indonesia
Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma
Aksi pelecehan terjadi di dalam pesawat Citilink dengan nomor penerbangan QG 9669 rute Denpasar-Jakarta pada hari Senin (14/7) malam
Wisnu Cipto - Rabu, 16 Juli 2025
Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma
Indonesia
Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron
Aparat penegak hukum untuk bergerak cepat, tegas, dan transparan dalam mengusut tuntas kasus tersebut.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 14 Juli 2025
Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron
Indonesia
1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, tetapi, dalam proses pengasuhan, peran ayah seringkali terlupakan atau dianggap sekadar sebagai pencari nafkah.
Wisnu Cipto - Kamis, 10 Juli 2025
1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
Bagikan