Cacar Monyet Bukan Penyakit Seksual

Selasa, 23 Agustus 2022 - P Suryo R

PENYAKIT cacar monyet atau yang kini disebut clade sedang menjadi perhatian khusus di Indonesia. Telah ada konfirmasi dari pihak Kemenkes RI yang membenarkan adanya kasus perdana suspek.

Diumumkan juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Sabtu (20/8). "Satu pasien terkonfirmasi dari DKI Jakarta, laki-laki usia 27 tahun," kata Syahril.

Berdasarkan studi oleh The New England Journal of Medicine, 95 persen kasus cacar monyet yang terdiagnosis pada diduga menular lewat hubungan seksual. Diantara pasien yang terinfeksi merupakan gay atau pria biseksual dan orang dengan HIV.

Baca Juga:

Penularan Cacar Monyet Diklaim Berbeda dengan COVID-19

menkes
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers di Gedung Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Rabu (29/62022). (ANTARA/Andi Firdaus)

Berbagai pertanyaan mengarah pada "Apakah clade termasuk pada kategori penyakit seksual?" Dr.dr. Tri Maharani, M.Si. Sp.EM., mengungkapkan bahwa clade bukan termasuk pada ketegori penyakit seksual.

"Clade bukan penyakit menular seksual, yang harus digaris bawahi hanya penyakit menularnya saja. Tapi dikarenakan pada beberapa kasus terjadi pada golongan LGBT dan pengidap HIV, maka seolah-olah ini penyakit menular seksual, padahal bukan," jelas Tri.

Dokter yang menjabat sebagai peneliti dan analis BKPK (Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan) memaparkan golongan LGBT dan pengidap HIV ini termasuk golongan dengan kerentanan terhadap imunosupresi tinggi, maka karena itulah virus ini memiliki risiko yang lebih tinggi.

"Apalagi penularannya tetap melalui jalur droplet dan lewat jalur kontak. Kalau memang berhubungan seksual atau hubungan apapun yang ada kontak erat, ya jadi tertular, karena telah terjadi kontak erat. Ya, jadi jangan bingung dengan proses penularan yang terjadi itu," tambahnya.

Tanda-tanda clade biasanya muncul 7-14 hari setelah paparan virus monkeypox. Berikut beberapa gejala yang perlu diperhatikan:


- demam,

- sakit kepala,

- nyeri otot,

- sakit punggung,

- pembengkakan kelenjar getah bening,

- kelelahan,

- ruam yang biasanya muncul 1-3 hari setelah demam.

Baca Juga:

Temuan Kasus Cacar Monyet di Indonesia Bukan Hal Mengejutkan

cacar monyet
Bentuk virus Monkeypox mengandung DNA rantai ganda dan memiliki selubung berbentuk bata dengan ukuran 200-250 nm. (Kemenkes RI)

Ruam mulanya akan muncul di bagian wajah. Ruam kemudian menyebar ke area tubuh lain seperti tangan, kaki, atau area genitalia. Ruam lalu berubah menjadi benjolan yang kemudian pecah seiring waktu berjalan. Gejala clade ini umumnya berlangsung selama 2-4 minggu dan bisa hilang tanpa pengobatan.

Jika seseorang mengalami ruam, disertai demam atau sakit, mereka harus segera menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat. Seseorang memenuhi kriteria suspek, probable, dan konfirmasi segera isolasi diri hingga gejalanya menghilang dan tidak melakukan hubungan seks, termasuk seks oral. Selama periode ini, pasien bisa mendapatkan perawatan suportif untuk meringankan gejala monkeypox.

"Jadi kalau ada tanda dan gejala harus periksa langsung ke RS dan dilakukan tes PCR. Seperti COVID terapinya suportif dan simptomatis. Saran saya sich isolasi harus ketat dan diberikan pemahaman preventif yang bagus," jelas Tri.

Selain itu Tri menyarankan bahwa border kontrol penting dilakukan dengan screening ketat di perbatasan baik itu negara, provinsi, kota. Indonesia harus ambil pelajaran dari kasus COVID-19 terdahulu, karena terjadi lemahnya border control.

"Lebih baik, saat sudah terjadi satu kasus ini border control digalakan. Oleh karena penyakit ini dari virus, maka tempat cuci tangan, screening di pesawat, transportasi digalakkan juga di tempat umum," pungkasnya.(DGS)

Baca Juga:

Resmi, Satu Orang Terpapar Cacar Monyet di Indonesia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan