Beratnya Ancaman Ransomware

Sabtu, 12 Juni 2021 - Ikhsan Aryo Digdo

RANSOMWARE semula dikira sebagai gangguan keamanan biasa. Kini kehadirannya dianggap membawa risiko terhadap keamanan nasional maupun global, berimbas pada stabilitas ekonomi dan keamanan publik.

Beratnya ancaman ini bahkan sering menjadi sorotan karena dilibatkan dalam berbagai kasus keamanan besar baru-baru ini. Seperti diputusnya jalur pipa utama AS akibat serangan dari salah satu geng yang sering terlibat dalam kasus-kasus pemerasan siber.

Baca juga:

15 Langkah untuk Lindungi Organisasi dari Ransomware

Data dari tim Palo Alto Networks Unit 42 threat intelligence menggambarkan melonjaknya biaya tebusan yang timbul dari serangan ransomware. Jumlah uang tebusan rata-rata dalam setiap serangan meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu ke angka USD 312.493.

Biaya tebusan dari serangan ransomware melonjak. (Foto: Unsplash/Markus Spiske)

Di tahun 2021 ini, jumlah uang yang dibayarkan rata-rata meningkat hingga hampir tiga kali lipat, yakni rata-rata sebesar USD 850 ribu. Uang tebusan paling tinggi yang diminta, menurut tim Unit 42 incident response Palo Alto Networks di tahun ini mencapai USD 50 juta. Ini meningkat dari angka di 2020 lalu yang sebesar USD 30 juta.

Taktik kejahatan juga makin mengkhawatirkan. Komplotan kejahatan di balik serangan ransomware mendompleng berita-berita mengenai pandemi COVID-19 di sepanjang 2020. Mereka menyasar lembaga-lembaga layanan kesehatan dan sektor-sektor penting lainnya dengan menyerang bidang-bidang krusial berkaitan dengan keselamatan jiwa manusia.

Mereka juga memperbarui infrastruktur serangan dan melakukan perekrutan anggota baru secara besar-besaran. Serangan-serangan tersebut juga dibidikkan ke sekolah, lembaga pemerintahan, rumah sakit, pabrik manufaktur, hingga infrastruktur krusial seperti sistem jalur perpipaan.

Baca juga:

MacBook Lebih Rentan Terkena Malware Dibanding Windows

Sebagai bagian dari upaya untuk turut mengatasi serangan ransomware, Palo Alto Networks bergabung dalam koalisi bersama yang merupakan gabungan lebih dari 60 lembaga terdepan di industri, akademisi, masyarakat sipil, serta pemerintah. Koalisi ini bernama Ransomware Task Force (RTF).

Rumah sakit jadi target serangan ransomware. (Foto: Unsplash/Hush Naidoo)

John Davis, vice president of public sector Palo Alto Networks duduk sebagai salah satu pimpinan kolegial dalam kelompok kerja koalisi yang merilis laporan "Combating Ransomware". Kelompok ini juga dilengkapi rekomendasi-rekomendasi lengkap dan praktis dalam upaya mengatasi ancaman ransomware.

Sejumlah perwakilan perusahaan juga duduk di beberapa kelompok kerja di RTF yang fokus dalam mengembangkan kerangka kerja. (ikh)

Baca juga:

Bahaya Malware Saat Buka Peta Penyebaran Corona

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan