Bencana Hidrometeorologi Intai Indonesia, Pakar UGM Sebut Perlu Ada Ronda Malam
Selasa, 30 November 2021 -
Pakar Iklim UGM Nilai Bencana Hidrometeorologi Intai Seluruh Wilayah Indonesia
Menjelang akhir tahun 2021, Indonesia diprediksi akan menghadapi fenomena La Nina. La Nina adalah fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat sehingga membawa banyak uap yang menghasilkan hujan dengan intensitas yang lebih tinggi. Hal ini berdampak terjadinya pergerakan massa uap air di kawasan Indonesia dan Asia Tenggara.
Pakar Iklim dan Bencana UGM, Dr. Emilya Nurjani mengatakan bencana banjir dan tanah longsor mengintai seluruh wilayah Indoensia. Kemunculan La Nina ditengah musim penghujan meningkatkan peluang terjadinya hujan cukup tinggi bahkan ekstrem. Sehingga akan berdampak bagi bencana banjir dan tanah longsor.
Baca Juga:
BMKG Perkirakan Seluruh Wilayah DKI Hujan Disertai Petir
“Kemunculan La Nina dapat membuat beberapa tempat menghasilkan hujan ekstrem di atas 100 mm/hari. Sehingga dapat menimbulkan beberapa bencana antara lain banjir, longsor yang biasa disebut sebagai bencana Hidrometeorologis,” ujar Emilya melalui keterangan pers di Yogyakarta, Selasa (30/11).
Bila terjadi siklon, maka daerah yang mempunyai potensi dampak cukup parah adalah wilayah pesisir. Potensi bencana yang muncul adalah gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai.
Baca Juga:
BMKG Perkirakan Daerah-Daerah Ini Alami Hujan Lebat Disertai Petir
Oleh karena itu pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat harus waspada akan dampak bencana tersebut. Penduduk di wilayah rawan bencana banjir dan tanah longsor sudah bersiap evakuasi diri saat hujan lebat terjadi.
“Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor, sehingga cepat diketahui. Tetapi kalau di wilayah tersebut sudah ada alat alarm bencana longsor, maka diikuti saja bunyi sirine bencananya,” katanya.
Baac Juga:
BMKG: Sejumlah Provinsi Masuk Kategori Waspada Banjir
Ia menilai kebijakan Kementerian PUPR yang akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina kurang efektif. Pasalnya posisi ketinggian air saat ini disejumlah waduk dan bendungan sudah di titik terendah kecuali waduk-waduk besar.
“Apalagi yang mau di buang? Kalau prinsip saya, volume waduk tidak dibuang semua, tetapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan. Begitu hujan tinggi, maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk,” pungkas Emilya. (Patricia Vicka/Yogyakarta)