Bencana Hidrometeorologi Intai Indonesia, Pakar UGM Sebut Perlu Ada Ronda Malam

Ilustrasi bencana longsor (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Pakar Iklim UGM Nilai Bencana Hidrometeorologi Intai Seluruh Wilayah Indonesia
Menjelang akhir tahun 2021, Indonesia diprediksi akan menghadapi fenomena La Nina. La Nina adalah fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat sehingga membawa banyak uap yang menghasilkan hujan dengan intensitas yang lebih tinggi. Hal ini berdampak terjadinya pergerakan massa uap air di kawasan Indonesia dan Asia Tenggara.
Pakar Iklim dan Bencana UGM, Dr. Emilya Nurjani mengatakan bencana banjir dan tanah longsor mengintai seluruh wilayah Indoensia. Kemunculan La Nina ditengah musim penghujan meningkatkan peluang terjadinya hujan cukup tinggi bahkan ekstrem. Sehingga akan berdampak bagi bencana banjir dan tanah longsor.
Baca Juga:
BMKG Perkirakan Seluruh Wilayah DKI Hujan Disertai Petir
“Kemunculan La Nina dapat membuat beberapa tempat menghasilkan hujan ekstrem di atas 100 mm/hari. Sehingga dapat menimbulkan beberapa bencana antara lain banjir, longsor yang biasa disebut sebagai bencana Hidrometeorologis,” ujar Emilya melalui keterangan pers di Yogyakarta, Selasa (30/11).
Bila terjadi siklon, maka daerah yang mempunyai potensi dampak cukup parah adalah wilayah pesisir. Potensi bencana yang muncul adalah gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai.
Baca Juga:
BMKG Perkirakan Daerah-Daerah Ini Alami Hujan Lebat Disertai Petir
Oleh karena itu pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat harus waspada akan dampak bencana tersebut. Penduduk di wilayah rawan bencana banjir dan tanah longsor sudah bersiap evakuasi diri saat hujan lebat terjadi.
“Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor, sehingga cepat diketahui. Tetapi kalau di wilayah tersebut sudah ada alat alarm bencana longsor, maka diikuti saja bunyi sirine bencananya,” katanya.
Baac Juga:
BMKG: Sejumlah Provinsi Masuk Kategori Waspada Banjir
Ia menilai kebijakan Kementerian PUPR yang akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina kurang efektif. Pasalnya posisi ketinggian air saat ini disejumlah waduk dan bendungan sudah di titik terendah kecuali waduk-waduk besar.
“Apalagi yang mau di buang? Kalau prinsip saya, volume waduk tidak dibuang semua, tetapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan. Begitu hujan tinggi, maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk,” pungkas Emilya. (Patricia Vicka/Yogyakarta)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Hampir 1000 Orang Meninggal Akibat Banjir di Pakistan, 1 Juta Penduduk Kehilangan Tempat Tinggal

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Parigi, Rangkaian Susulan Gempa Magnitudo 4,8

Gunung Ibu Erupsi Setinggi 700 Meter, PVMBG Naikkan Status Menjadi Waspada

Tanah Longsor Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang di Sudan, hanya 1 Orang yang Selamat

Diguncang Gempa Magnitude 6, Desa-Desa di Afghanistan Timur Hancur, 800 Orang Tewas, dan 2.500 Terluka

Gunung Marapi Kembali Erupsi, Waspada Lahar Dingin Mengancam Warga

UGM Nonaktifkan Status Mahasiswa Dwi Hartono Tersangka Otak Pembunuhan Kepala Cabang BRI

Magma Gunung Lewotobi Laki-laki Masih Bertumbuh, Erupsi Hampir Setiap Hari

PT KCIC Pastikan Sistem Pendeteksi Gempa Berfungsi di Sepanjang Jalur Whoosh

Ada 13 Gempa Susulan di Karawang-Bekasi hingga Pagi ini, Dipicu Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat
