Belanja di Supermarket, Bupati Dedi Mulyadi Dapatkan Telur Busuk
Minggu, 16 April 2017 -
Pengalaman kurang menyenangkan dialami Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat berbelanja di sebuah supermarket. Saat membeli telur, dirinya mendapatkan telur busuk.
Sebagaimana dilansir dari Antara, Sabtu (15/4) Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku kecewa kepada manajemen supermarket "Giant" jalan Taman Pahlawan, Kabupaten Purwakarta, Jabar, karena mendapatkan telur busuk saat dirinya belanja secara langsung di supermarket tersebut.
"Ternyata, satu bungkus telur yang saya beli (di supermarket Giant) sudah bau busuk," katanya, di Purwakarta, Sabtu.
Dedi Mulyadi belanja secara langsung di Giant pada Jumat (15/4), untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga salah satu keluarga kurang mampu asal Desa Cikeris, Kecamatan Bojong, Purwakarta.
Keluarga Andi bersama isterinya Niah dan tiga anak perempuannya sebelumnya diundang ke rumah dinasnya dan menjadi tamu istimewa di hari libur Paskah.
Dedi Mulyadi mengaku tidak habis pikir, karena di supermarket sebesar Giant masih ada saja barang yang tidak memenuhi standar mutu, tetapi masih dijual bebas. Itu artinya pengawasannya tidak profesional.
Atas hal itu, bupati berjanji akan menginstruksikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat untuk melakukan inspeksi mendadak di supermarket tersebut.
"Jangan-jangan masih ada barang lain yang kadaluwarsa, tapi tetap dijual di supermarket itu. Tentunya akan merugikan konsumen," kata dia.
Inspeksi mendadak itu dinilai perlu dilakukan karena pemerintah harus menjamin dan memastikan, ketersediaan dan kualitas barang yang dijual, baik di supermarket maupun di pasar-pasar tradisional.
Telur busuk itu sendiri diketahui ketika bupati membuka bagasi mobil dan akan menyerahkan semua barang belanjaan yang dibeli dari Giant ke pihak keluarga. Ternyata diketahui satu bungkus hasil belanjaannya ada telur bau busuk.
"Dalam bungkusnya memang ada tulisan telur itu kadaluarsa pada akhir April 2017. Tapi setelah dibeli, ternyata telurnya berbau busuk," kata Dedi Mulyadi.
Sumber: ANTARA