Begini Cara Tepat Mencapai Financial Fit

Selasa, 19 Oktober 2021 - P Suryo R

ERA digital membuat masyarakat dimudahkan untuk melakukan berbagai hal, termasuk dalam melakukan transaksi perbankan sehari-hari.

Kemudahan dan kepraktisan yang disediakan oleh aplikasi keuangan dalam melakukan transfer, beli dan bayar berbagai kebutuhan ditambah dengan banyaknya promo menarik tidak selalu memberikan dampak positif bahkan dapat menjebak masyarakat dalam perilaku konsumtif.

Baca Juga:

Tips Cerdas Menjadi Juara Dalam Mengelola Keuangan Bisnis

duit
Kurangnya literasi keuangan memperburuk kondisi keuangan seseorang. (Foto: Pixabay/Ekoanug)

Sayangnya kurangnya literasi keuangan memperburuk kondisi keuangan seseorang. Perilaku tersebut menyebabkan pengelolaan keuangan yang tidak tepat yang bisa membuat saldo tabungan tidak tumbuh dan terus berkurang. Inilah yang menjadi salah satu penyebab banyak masyarakat yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat.

Hasil riset dari Financial Fitness Index by OCBC NISP menyebutkan bahwa sebanyak 46% responden percaya diri memiliki perencanaan finansial yang baik. Faktanya, hanya 16% dari responden yang memiliki dan menyiapkan dana darurat serta hanya 3% saja yang sudah memiliki produk investasi. Itu sangat disayangkan.

"Untuk mencapai kondisi keuangan pribadi yang financially fit, diperlukan keseimbangan dalam pengelolaan keuangan, mulai dari mempersiapkan dana darurat, asuransi, sampai dengan investasi, baik itu berupa reksadana, deposito, maupun tabungan berjangka," urai Direktur Bank OCBC NISP, Ka Jit.

Supaya menjadi individu yang financially fit kita perlu mengenali diri sendiri dulu. "Cari tahu tujuan dari menabung apakah ingin jalan-jalan, pendidikan, atau ingin menikah di usia tertentu. Dari situ bisa menentukan jenis tabungan yang sesuai," ujar Head of Digital Business OCBC NISP, Rudy Hamdani.

Baca Juga:

Keuangan Kamu Butuh Ngegym

uang
Kenali diri sendiri agar dapat memasuki financialy fit. (Foto: Unsplash/Muhammad Daudy)

Dalam menentukan jenis simpanan, pihak bank akan mengedukasi profil masing-masing dengan menunjukkan risiko pula.

"Ada beberapa pertanyaan sederhana sehingga kita tahu kita masuk kategori yang mana kategori profil risiko-nya. Saya itu kalau ingin mendapatkan sesuatu maunya yang aman aman saja, moderat (berani ambil sedikit risiko tetapi enggak berani mempertaruhkan semuanya), atau risk taker (percaya bahwa risiko yang besar akan membawa keuntungan besar) tapi kita perlu uang yang cukup untuk mengantisipasi jika terjadi apa-apa," urai Rudy.

Nanti akan diberitahu jika profil risikonya yang aman-aman bisa pilih reksadana pasar uang, risiko menengah campuran atau kalau yang berani bisa ambil reksadana saham. (avia)

Baca Juga:

Pentingnya Kelola Keuangan untuk Biaya Darurat

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan