Beda dengan Bobby, Gibran Dianggap Bernasib Baik di Pilkada 2020
Rabu, 01 Januari 2020 -
MerahPutih.com - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming punya elektabilitas yang kuat untuk maju dalam Pemilihan Wali Kota Solo 2020. Ray menilai, Gibran punya peluang yang kuat untuk unggul pada pilkada.
"Memang kalau dari segi elektabilitas kalau saya lihat di survei yang terakhir itu Gibran salah satu paling tinggi popularitas elektabilitasnya. Jadi dari aspek itu, ya dia logis kalau dia dicalonkan," kata Ray kepada wartawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (31/12).
Baca Juga
Hal ini berbeda dengan menantu Jokowi, Bobby Nasution. Menurut dia, Bobby tak cukup kuat untuk bertarung pada Pemilihan Wali Kota Medan. Sebab, selain karier Bobby tak banyak diketahui publik, namanya juga tak ditunjang oleh jabatan Jokowi sebagai kepala negara.

Menurut Ray, Sumatera Utara, khususnya Medan, bukan menjadi salah satu basis suara Jokowi. Dengan demikian, sekalipun majunya Bobby pada pilkada dibayang-bayangi nama Jokowi, suami Kahiyang Ayu itu tak akan banyak diuntungkan elektabilitasnya.
"Nama Bobby juga belum terlalu tinggi, baik elektabilitas maupun popularitasnya di Medan sendiri. Dan yang paling penting adalah Medan itu bukan basisnya Jokowi. Kalau di Solo itu ya memang basisnya Pak Jokowi, di Medan itu nama Pak Jokowi relatif agak minus," ucap Ray.
Ray menilai dinasti politik tersebut lebih kuat dibandingkan yang pernah dilakukan para politisi lain di Indonesia.
“Saya pikir dinasti politik Jokowi jauh lebih kuat dibandingkan dinasti-dinasti yang lain,” kata Ray.
Menurutnya, ada empat faktor yang membuat dinasti politik Jokowi kuat. Faktor pertama karena adanya hubungan darah, khususnya di antara Jokowi dan Gibran.
Kedua karena Jokowi saat ini masih menjabat sebagai Presiden. “Beda cerita kalau Jokowi sudah tidak jadi Presiden, lalu mendorong atau membiarkan anaknya terlibat dalam politik,” kata Ray.
Faktor ketiga yang membuat dinasti politik Jokowi kuat karena Gibran dan Bobby sebelumnya tak memiliki basis politik. Ini lantaran keduanya selama ini tidak pernah berkarier di politik. Gibran dan Bobby diketahui memiliki latar belakang pengusaha.
“Faktor keempatnya boleh disebut (Gibran dan Bobby) menumpang pada popularitasnya Jokowi,” kata Ray.

Dia pun lantas membandingkan dinasti politik Jokowi dengan yang dilakukan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dinasti politik SBY terjadi ketika mencalonkan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2017.
Menurut Ray, dinasti politik SBY tak memenuhi faktor kedua dan keempat. Pasalnya, AHY mencalonkan diri dalam Pilkada DKI 2017 ketika SBY sudah tak lagi menjadi Presiden. AHY juga tak meraup popularitas dari ayahnya. Menurut Ray, AHY sudah lebih dulu populer karena kariernya dulu di militer.
Baca Juga
PDIP Tegaskan Gibran Punya Peluang Sama dengan Kader Lainnya
“Setidaknya ada variabel yang tidak terpenuhi. (Jokowi) semuanya kena,” ucapnya.
Untuk diketahui, Gibran berencana maju dalam Pilkada 2020 sebagai calon wali kota Solo. Adapun, Bobby akan maju menjadi calon wali kota Medan. (Knu)