Baduy Dalam Kepungan Zaman Kekinian

Senin, 30 Mei 2016 - Zulfikar Sy

Merahputih Budaya- 'Masyarakat Baduy dalam kepungan Zaman, serupa coklat dilapisi keju yang lumer. Siapa dapat menolak kenimatannya, tentulah yang beku hatinya'. Sepenggal syair itu, kiranya memperlihatkan bahwa sejatinya manusia adalah mahluk yang berkembang, berinovasi, berpikir, dan bersosial. Meski dalam kepungan dan kuatnya peraturan yang dinilai sebagai landasan ideologi masyarakat Baduy, tetaplah manusia berpikir dan menginginkan perubahan dalam hidupnya.

Di acara Seba Baduy beberapa waktu lalu, para laki-laki masyarakat Baduy luar dan dalam turut serta. Ribuan masyarakat Baduy memadati kota Rangkasbitung. Mendadak suasana menjadi hitam dan putih.

Acara digelar di Pendopo Kabupaten Lebak, Bupati beserta jajaran kumpul dan menerima keluhan masyarakat Baduy, begitupun sebaliknya. Usai ramah tamah dengan Bupati, sebagai agenda utama Seba. Mereka diberikan hiburan sembari menunggu waktu berlalu dan besok harus kembali berjalan menemui Gubernur.
Nampak dari mereka memilih hiburan yang diminati, ada wayang golek dan layar tancep.

Terlihat beberapa dari mereka asik memainkan gadget, sungguh pemandangan tidak biasa. Namun itu merupakan hal yang sangat manusiawi.

"Bukan memandang mereka skeptis, tapi suatu hal yang perlu perhatian secara dewasa. Karena mereka hidup dizamannya." ungkap Nidu Pras Erlang, mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia yang tengah konsentrasi meneliti sastra lisan masyarakat Baduy.

Sistem pengetahuan mereka adalah sistem pengetahuan diakronik yang diwarisi secara lisan turun temurun. Penafsiran dapat datang dan berkembang sesuai komunikasi yang dibangun pada zamannya.

"Jadi tidak heran jika perubahan itu ada. Kita wisatawan, kita yang berkepentingan akan anggaran dan devisa. Terus memaksa juga merangsang sikap kekinian mereka" tambahnya.

Dan semua tidak tercatat, semua peraturan tersampaikan secara oral. Terus dari generasi ke generasi, dan dengan demikian penafsiran mereka disesuaikan dengan sistem pengetahuannya hari ini. (Dul)

BACA JUGA

  1. Pasca Seba Baduy, Pemprov Banten Banjir Kritikan
  2. Kolom Agama di KTP Jadi Pemicu Terjadinya Diskriminasi
  3. Mengenal Lebih Dekat Banten dalam Ritual Seba Baduy
  4. UNESCO Desak Pemerintah Jadikan Seba Baduy Sebagai Warisan Budaya Dunia
  5. Rano Karno: Seba Baduy Adalah Darah Daging Kebudayaan Banten

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan