Angelenzy, Waacker Pengajar Kelas Down Syndrome

Sabtu, 27 Mei 2017 - Irene Gianov

Menggeluti dunia waacking sejak 2011, Angelenzy merupakan bagian dari Rocket Crew Indonesia, Bandung. Ia sering memenangkan berbagai kompetisi, dan ditunjuk menjadi salah seorang juri di AAWF 2017 lalu.

Ditemui di Etoile Gading Serpong, Angelenzy yang awalnya hanya berniat bertemu dengan Suzan Natanael, justru diberi kesempatan untuk menggantikan kelas waacking di hari Selasa (23/5). Pada kesempatan itu, Angelenzy yang baru menari di acara NET 4.0 berbagi teknik-teknik dasar kepada para peserta.

Ia berbagi kisah bahwa dulu ia pernah di-bully, hingga akhirnya menemukan dunia tari yang membuatnya merasa bisa melakukan sesuatu, terlebih setelah mengenal waacking. Orang-orang di sekitarnya mulai mendorongnya. Mereka memujinya cantik dan terlihat menarik ketika menari untuk membangun kepercayaan dirinya.

Karena itulah, ia mau memotivasi siapa pun di sekitarnya bahwa mereka berharga dan punya hak melakukan apa pun yang membuat diri menjadi lebih baik. Sesuatu yang tidak akan disesali ketika tua nanti.

Angelenzy sedang melakukan penampilan solo di depan peserta kelas terbuka waacking (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

“Aku sama Suzan pernah ngalamin struggle sendirian. Ketika kita sudah ada di tahap ini, harapannya yang lain bisa apresiasi dengan cara latihan. Mereka sudah ada wadah kan, jangan sampai malas dan enggak mau apresiasi kesempatan. Tetap semangat belajar,” ujar Angelenzy kepada Merahputih.com.

Di tengah jadwalnya yang semakin sibuk, ia harus membagi fokus antara dunia tari dan bisnis yang ia geluti. Ia melepas pekerjaan mengajarnya sebagai guru di sekolah karena ternyata menyita lebih banyak waktunya. Karena itu, ia berfokus pada kelas-kelas privat untuk waacking, yang pesertanya memang memiliki keinginan besar untuk belajar dan mendalami waacking. Ia juga mengajar kelas ibu-ibu dan kelas tari untuk down syndrome.

“Mereka bukan seperti kamus yang dari A ke B ke C. Mereka dari A bisa ke D, solusinya J. Itu semua harus sambil belajar, tiap orang beda suka dan enggaknya. Yang penting pakai kasih sayang sama mereka, dan itu bisa diselesaikan. Karena mereka pada dasarnya penyayang, tapi sensitif, perasa banget. Dan mereka bukan penyakit! Itu bukan kekurangan, tapi kelebihan—kan kelebihan kromosom. Mereka bisa menjadi sesuatu yang besar,” ujar Angelenzy seputar kelas down syndrome yang diajarnya.

Wah, luar biasa ya Sahabat MerahPutih? Punya kemampuan berarti kita juga harus berbagi. Setidaknya ada sesuatu yang bisa kita sumbangkan bagi orang lain, termasuk ilmu dan kepedulian. Sukses dan terus jadi teladan bagi anak muda Indonesia, ya Angelenzy!

Baca juga: Étoile Dance Center Buka Kelas Tari Waacking.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan