Tiga Juri Cantik dan Kompeten di AAWF 2017

 Irene Gianov Irene Gianov - Senin, 13 Maret 2017
Tiga Juri Cantik dan Kompeten di AAWF 2017
YoYo Lu (kiri) dari China, Lip J (tengah) dari Korea, dan Angelenzy (kanan) dari Indonesia, tiga juri AAWF 2017 (Foto MP/ Dery Ridwansah)

All Asia Waacking Festival (AAWF) 2017 yang diadakan di Clique Gading Serpong pada Sabtu (11/3) memboyong tiga orang juri dari beberapa regional. Juri YoYo Lu dari China, Lip J dari Korea, dan ANGELENZY dari Indonesia.

Ditanya seputar Indonesia, YoYo mengatakan, "Dancer in here (Jakarta, Indonesia -red) I think it's like the city, it's hot (Penari di Jakarta, Indonesia saya rasa sama seperti (cuaca) kota ini, panas)." Sementara itu Lip J mengatakan bahwa orang-orang di Indonesia punya banyak energi dan kegembiraan, yang membuatnya dengan mudah bisa menari bersama dan mengerti mereka.

Di China, menurut YoYo, perkembangan waacking sangat cepat, sangat baik. Karena sebelumnya ia hanya belajar dari video, setelah diundang ke Shanghai, barulah lebih banyak yang mengetahui tentang waacking dan mulai banyak grup-grup waackers bermunculan.

Aksi YoYo Lu pada saat judge showcase (Foto MP/ Dery Ridwansah)

Sementara itu menurut Lip J, di Korea sekarang waackers semakin kompetitif satu sama lain, karena pergerakan waacking sangat besar sekarang. Di Indonesia dan Filipina ia melihat bahwa apa yang ada belum begitu besar, tapi semuanya punya banyak energi dan passion dan nampak indah, membuatnya kembali mengapresiasi tarian ini.

Lip J, juri AAWF 2017 dari Korea sedang menunjukkan kebolehannya (Foto MP/ Dery RIdwansah)

Untuk Indonesia, Angelenzy melihat bahwa banyak orang luar Indonesia mempertanyakan mengapa gaya Indonesia sangat variatif. "Like we can see Japanese dancer, ok it's like only two options, is it like A, or B. But Indonesian style A B C D E F G... many, many culture, (Bisa kita lihat dari penari Jepang, hanya ada dua pilihan, A atau B. Tapi gaya Indonesia ada dari A sampai tak terhingga, sangat banyak budayanya)" ujar Angelenzy menjelaskan. Terlebih, Indonesia belum memiliki keaslian waacking karena belum lama dimulai, karenanya generasi sekarang merupakan history maker untuk generasi-generasi selanjutnya.

Bagi para waackers, YoYo berpesan agar kehidupan seorang dancer terhubung dengan tariannya. Jadi seorang dancer tetap jadi dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat ia menari. Lip J juga bercerita bahwa ketika mulai menari, itulah saat ia mulai bisa mencintai dirinya sendiri, dan berharap para dancer bisa merasa positif dari menari.

Senada dengan Lip J, Angelenzy bercerita bahwa ia pernah mengalami bullying selama di sekolah selama bertahun-tahun, dan setelah menari, ia merasa lebih percaya diri.

ANGELENZY, juri Indonesia asal Bandung yang ikut meramaikan AAWF 2017 (Foto MP/ Dery Ridwansah)

"I start dancing and feel like I can do something, then I feel confidence (Saya mulai menari dan merasa bisa melakukan sesuatu, dan saya merasa percaya diri)," cerita Angelenzy. "Try to find something, that makes you better so you don't feel regret when you old (Coba temukan sesuatu yang membuatmu jadi lebih baik, jadi kamu tidak menyesal ketika sudah tua)."

#Dancer #Clique Kitchen & Bar #World Dance Day
Bagikan
Ditulis Oleh

Irene Gianov

Love Indonesia
Bagikan