ABK Memiliki Kemampuan di Bidang Ketrampilan yang Luar Biasa

Senin, 23 Juli 2018 - Ikhsan Aryo Digdo

HARUS dipahami untuk menempuh pendidikan di bidang akademis agak sulit bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Bahkan bagi ABK yang memiliki kondisi berat, kemampuan akademis mereka hanya mencapai 25%. Kondisi tersebut pun cukup membuat mereka kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Karena itu, mendidik ABK pun tidak bisa disamakan dengan memberikan pengajaran kepada anak biasa. Demikian menurut Kepala Sekolah Spectrum, Tuharto. Di sekolah Spectrum sendiri, kata Tuharto, pembagian kelas tetap berdasarkan usia anak.

Namun, belum tentu dalam satu kelas setiap anak memiliki metode pengajaran yang sama. Karena meskipun usia mereka setara dengan jenjang pendidikan tertentu, kemampuan akademis mereka bisa saja tidak setara dengan jenjang tersebut. "Ada yang anak kelas 2 SMP, tapi bisa saja secara akademis mereka sama dengan kelas 2 SD," kata Tuharto kepada merahputih.com di Sekolah Spectrum.

Tapi tetap saja kata Tuharto sangat penting untuk mengelaskan mereka dengan anak yang seusia. Jadi pemberian kelas tidak bisa dilakukan secara akademis. Karena mereka tidak merasa nyaman jika dikelaskan dengan anak yang berbeda usia dengan mereka. "Kalau anak 10 tahun dicampur sama yang 4 tahun, bisa jadi yang 4 tahun takut karena yang 10 tahun lebih besar," tambah Tuharto.

Kemampuan akademis ABK berbeda-beda (Foto: bridgemi)

Meskipun ABK sulit memahami pelajaran akademis, berbeda dengan bidang ketrampilan. Di bidang ketrampilan ABK lebih mudah mencerna beberapa pelajaran. Untuk bidang ketrampilan sendiri termasuk musik, seni lukis, dan kerajinan tangan. "Ketika diajarkan akademis susah. Tapi saat diajarkan main drum, malah sesuai ketukan," papar Tuharto.

Karena itu Tuharto menegaskan bagi pengajar ABK harus selalu cerdik. Para pengajar tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan akademis anak jika ingin membimbing mereka menuju kesuksesan.

Para guru wajib melihat celah saat menemukan minat dan bakat anak yang terpendam. "Kalau bakat tersebut hanya dipandang secara akademis maka si guru tidak akan menemukan bakat lain," tegas Tuharto.

Baca juga: Catat! Anak Autis Wajib Diet, Ini Alasannya

ABK memiliki bakat di bidang ketrampilan (Foto: offers.internationalopenacademy)

Di samping itu, pemberian materi akademis tetap penting. Dalam hal ini guru juga harus bersabar dalam mendidik mereka secara akademis. Sebab kemampuan ABK bergantung pada setiap individu. Contohnya dalam pelajaran berhitung. Salah satu murid di sekolah Spectrum hanya bisa melakukan penjumlahan sampai 10 walaupun sudah duduk di kelas 5 SD.

Dalam melakukan percakapan dua arah ABK juga memiliki tingkatan masing-masing. Ada beberapa anak yang hanya bisa berbicara dengan menggunakan tidak lebih dari dua kata. Karena mereka akan sulit memberikan respon selanjutnya. "Misalnya mereka hanya bisa ditanyakan 'Kamu dimana?', 'Sama Siapa?', kata Tuharto menirukan percakapan dengan ABK.

Berbeda dengan ABK dengan kondisi autis. Anak dengan kondisi tersebut terbiasa untuk mengulang percakapan orang lain yang menanyakan. Misalnya saat ditanya 'Kamu lagi apa?', ia akan menjawab lagi dengan 'Kamu lagi apa?'. Hal ini disebabkan kondisi anak autis memiliki konsentrasi yang rendah. "Jadi harus diarahkan, saat mereka mengulangi kata, arahkan lagi," tutur Tuharto.

Terlepas dari hal ini, Sekolah Spectrum sendiri memiliki target agar ABK menjadi pribadi yang mandiri setelah lulus. Tidak menutup kemungkinan juga mereka yang memiliki bakat di bidang kerajinan tangan, akan diarahkan menjadi wirausaha. "Jadi setelah lulus mereka bisa memproduksi sesuatu," pungkasnya. (ikh)

Baca juga: Selalu Berikan Respons Positif pada ABK

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan