5 Alasan Seseorang Melakukan Oversharing di Media Sosial

Minggu, 02 April 2023 - Ikhsan Aryo Digdo

TAK sedikit orang bersikap terlalu terbuka mengenai kehidupan pribadinya. Mereka bahkan membagikan hal detail yang sejatinya tak perlu diketahui banyak orang. Kehadiran media sosial memfasilitasi perilaku semacam ini. Kini orang bebas mengunggah momen kesehariannya ke publik layaknya menulis cerita di buku diary.

Fenomena ini dikenal sebagai istilah oversharing. Sayangnya, perilaku ini berpotensi mengundang bahaya, seperti pencurian data yang marak terjadi.

Baca Juga:

Pentingnya Color Grading Sebelum Flexing Video di TikTok

Nyatanya, seperti dilansir dari Learning Mind, ada lima alasan psikologis kenapa seseorang suka oversharing di media sosial khususnya instagram.

1. Bersikap rendah hati

Oversharing tidak selalu berakar dari sikap negatif. Orang yang rendah hati juga berpotensi melakukan oversharing. Hal ini terjadi karena orang rendah hati tidak ingin orang lain mengira ia sombong. Alhasil, membagikan seluruh kehidupannya di media sosial membuatnya tenang karena merasa dengan bersikap terbuka orang lain akan menerimanya.

Karena suka menyendiri, orang jadi suka oversharing. (Foto: Unsplash/Jakob Owens)

2. Terlalu menyendiri

Oversharing mudah dilakukan saat merasa sendirian. Dengan adanya media sosial, menjadi sebuah kesempatan untuk menceritakan kisah hidup kepada orang lain melalui berbagai macam media saat sendiri.

Saat merasa sendiri dan menghadapi masalah yang berat, pelampiasan jadi hal utama, yaitu dengan cara mengeluarkan keluh kesah di media sosial.

Baca Juga:

Waktu Makan Anak Makin Menyenangkan bersama Lego Duplo Terbaru

3. Memiliki sifat egois

Orang yang suka oversharing juga memiliki sifat egois. Dalam arti mereka hanya memikirkan ketenaran yang akan mereka raih apabila orang mengetahui seluruh aktivitas hariannya di media sosial. Orang egois senang dapat dilihat dan diperhatikan oleh lingkungan sekitar melalui unggahan-unggahan yang ia sebar di media sosial.

Orang cenderung lebih banyak berbicara ketika merasa cemas. (Foto: Unsplash/Nik Shuliahin)

4. Dipenuhi rasa cemas

Beberapa orang cenderung lebih banyak berbicara ketika merasa cemas. Ini bertujuan agar mereka tampak normal di mata orang lain. Sayangnya, saat mereka mulai berbicara, mereka juga kehilangan kendali diri.

Tak jarang akhirnya mereka menceritakan kisah pribadinya secara berlebihan dan tak sadar berbicara dalam waktu yang lama. Pada situasi tertentu, ini justru menciptakan suasana yang canggung karena orang lain sebenarnya juga bisa kebingungan untuk merespons kisah orang cemas tersebut.

5. Tak dimengerti dengan baik

Karena merasa tidak dimengerti dengan baik, oversharing menjadi jalan pintas untuk mendapatkan simpati dari orang lain. Ia ingin semua orang memahami situasi dan kondisi yang tengah ia alami lewat menyebar hal pribadinya di media sosial. Padahal, pada kenyataannya orang akan merespons oversharing dengan menarik diri karena sejatinya tetap tidak bisa memahami kondisi orang tersebut. (dkr)

Baca Juga:

Minta Maaf Merendah untuk Meroket di Tongkrongan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan