250.000 Pekerja Seks Bekerja di Dongguan

Rabu, 27 Mei 2015 - Fadhli

MerahPutih Asia - Sebuah media pemberitaan Tiongkok, Want China Times (WCT) melaporkan bahwa perdagangan seks di Dongguan diyakini telah bergeser menjadi layanan berbasis rumah dan telepon janji. Lebih dari 250.000 pekerja seks diperkirakan telah bekerja di Dongguan sebelum pemerintah mengambil tindakan.

Setelah penggerebekan pada Februari 2014, banyak kritik yang bermunculan. Salah satunya mengatakan bahwa bisnis prostitusi “bawah tanah” Dongguan yang baru terlalu menyoroti para pekerja seks dan itu berbahaya bagi mereka.

"Pekerja seks selalu disalahgunakan oleh klien dan polisi. Setelah tindakan keras situasinya sama. Mereka masih tunduk pada kekerasan untuk kelompok tertentu," kata Ann Lee, juru bicara Zi Teng, sebuah Kelompok pembela hak pekerja seks yang berbasis di Kong Hong, seperti dikutip dari WCT.

Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah laporan bhawa 2.013 pekerja seks di Tiongkok menerima pelanggaran serius, termasuk kekerasan dari polisi, penahanan sewenang-wenang, dan tes HIV koersif. Polisi sering gagal saat menyelidiki kejahatan terhadap pekerja seks oleh kliennya.

Global Times, sebuah surat kabar di bawah corong Harian Rakyat Partai Komunis, mengatakan bahwa tindak kekerasan telah menyakiti kelompok yang kurang beruntung ini, seta memungkinkan adanya pendeskriminalisasi industry.

Ann Lee berharap suatu hari perdagangan seks bisa menjadi "satu kegiatan usaha normal" dengan kontrol dan peraturan yang sehat. "Tapi di Tiongkok, itu hanya mimpi. Ini masih terlalu kontroversial," tambahnya.

 

Baca juga:

Akibat Perang, 16 Juta Warga Yaman Krisis Air Bersih

Faisal Basri: Oknum Pertamina Berbagi Rente Bisnis Elpiji 3 Kg

Layanan Seks “Standar Donggun” ala Tiongkok

Pemerintah Tiongkok Larang Adanya Bisnis Prostitusi di Dongguan

Gerakan Bawah Tanah Bisnis Seks Dongguan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan