Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan, Walhi Ingatkan Contoh Teluk Meksiko


Wakapolres Balikpapan Komisaris Pol Yolanda (kanan) beserta peserta lain membersihkan pesisir Pantai Kilang Mandiri di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (4/4). (ANTARA FOTO/Sheravim)
MerahPutih.com - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Timur mengingatkan bahwa pembersihan akibat tumpahan minyak bukan hanya mengangkat minyak pencemar dari lautan.
"Tapi juga hal memulihkan ekosistem terdampak," kata Direktur Walhi Kaltim Fathur Roziqin Fen, Jumat (6/4), dilansir Antara.
Di Teluk Balikpapan selain manusia dan segala aktivitasnya, juga hidup sejumlah fauna dan flora. Pesut (Orcaella brevirostris), mamalia laut yang terancam punah adalah salah satunya.
Satu pesut ditemukan mati di pantai di belakang kantor DPRD Balikpapan pada hari Minggu (2/4) sore.
Di tepi-tepi teluk di bagian utara, tumbuh subur Rhizopora mucronata, Sonneratia, Avicenna dan spesies-spesies pohon mangrove. Di hutan mangrove juga hidup bekantan (Nasalis larvatus), satwa endemik Kalimantan, monyet berwarna oranye yang jantannya memiliki hidung seperti terong berwarna kemerahan.
Di laut juga ada terumbu karang dan padang lamun. Cukup terkenal terumbu karang Batu Kapal yang sebelumnya sudah sering dilaporkan rusak karena aktivitas perusahaan di sekitarnya di bagian hulu Teluk Balikpapan.
Menurut Walhi, dengan berkaca pada kasus pencemaran Teluk Meksiko dari minyak yang tumpah dari rig Deep Water Horizon yang dioperasikan British Petroleum, diperlukan tidak kurang dari 8 bulan untuk memulihkan ekosistem "Karena itu kita perlu tahu rencana rinci Pertamina untuk mengatasi tumpahan minyak ini," tegas Roziqin.

Minyak tumpah di Teluk Balikpapan pada Sabtu (31/3) dinihari dan kemudian disusul oleh kebakaran di tengah laut di sejumlah titik yang diyakini tempat minyak-minyak terkonsentrasi.
Diketahui kemudian minyak pencemar dalah minyak mentah atau crude dan berasal dari pipa bawah laut milik Pertamina yang patah.
Pipa itu menghubungkan Terminal Crude Lawe-lawe dengan Kilang Balikpapan. Sepanjang 3,6 kilometer (km) pipa itu membentang di bawah laut di Teluk Balikpapan.
Minyak mentah yang menyebar sampai ke Hutan Mangrove Margasari dan Pemukiman Atas Air serta menyebabkan sejumlah warga sesak napas, mual dan muntah karena tidak tahan mencium baunya yang mirip bahan bakar solar. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Ingin Fokus Bisnis Migas, Pertamina Bakal Gabungkan Pelita Air ke Garuda Indonesia

Alasan Pertamina Kaji Penggabungan Pelita Air dan Garuda Indonesia

BBM di SPBU Merek Asing Langka, Pertamina Bantah Lakukan Monopoli

KPK Duga Putri Mendiang Eks Gubernur Kaltim Awang Faroek Kerap Minta Suap

KPK Tahan Putri Eks Gubernur Kaltim Awang Faroek Terkait Suap Tambang Rp 3,5 M

KPK Periksa Eks Direktur Keuangan Telkom terkait Kasus Digitalisasi SPBU Pertamina

KPK Tetapkan Ketua Kadin Kaltim Donna Faroek sebagai Tersangka

Gas Elpiji 3 Kg di Sragen Kembali Langka, Pertamina Tambah Pasokan 112 Persen

Kasus Digitalisasi SPBU Pertamina, KPK Periksa GM Finance Anak Usaha Telkom

Kasus Salah Isi Pertalite Malah Dapat Solar di Kembangan, Pihak SPBU Bisa Dijerat Pasal UU Perlindungan Konsumen
