Sosok Ayah Melengkapi Pola Asuh Anak


Ayah harus terlibat dalam pola asuh anak. (Foto: Unsplash/Kelly Sikkema)
AYAH sebagai kepala keluarga harus terlibat dalam mengasuh anak. Kehadiran ayah di dalam keluarga, akan melengkapi metode parenting atau pola asuh nan diterapkan. Kerjasama ayah dan ibu dalam mengasuh anak kelak membuat perkembangan otak dan pertumbuhan anak menjadi maksimal.
Psikolog Anak dan Keluarga Saskhya Aulia Prima mengatakan peran ayah dan ibu dalam mengurus anak harus seimbang. Bahkan, untuk pasangan suami istri yang sudah bercerai pun, kerjasama dalam mengasuh anak tetap harus dilakukan. "Peran ayah itu tetap utama. Semakin banyak terlibatnya semakin baik. Co-parenting pun works," ujar Saskhya kepada merahputih.com saat ditemui di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Baik ibu maupun ayah, memiliki sifat yang berbeda dalam mengurus anak. Biasanya, ibu-ibu lebih takut ketika anak-anak bermain aktif di luar ruangan. Sementara sosok ayah, menurut Saskhya, lebih berani dan mendorong anak agar tetap aktif bermain.

Dukungan seorang ayah dalam mendidik anak ini menurut Saskhya, akan membentuk mental si kecil, yang kemudian akan bermanfaat untuknya ketika sudah tumbuh dewasa. "Peran ayah itu untuk menyeimbangkan caring-nya ibu-ibu. Jadi sebenernya saling melengkapi sih," tambahnya.
Lantas, bagaimana pembagian waktu dalam mengurus anak apabila suami dan istri bekerja? Saskhya menegaskan, walau kedua orang tua harus bekerja, anak tetap membutuhkan kehadiran mereka walau hanya 15-20 menit sepulang dari kantor. Namun, dengan catatan dalam durasi tersebut, orang tua tidak boleh teralihkan dengan urusan lain, jadi hanya fokus saja bermain dengan anak.
Baca Juga:
Parents, ini nih, Tips Psikologi Hadapi Anak yang Ogah Mendengar
Kemudian, ayah dan ibu bisa saling berbagi tugas dalam menjadi teman bermain anak. Misal, ayah bisa menemani anak bermain bricks. Lalu setelah bermain, ibu bisa membacakan anak buku cerita sebagai pengantar tidur.

"Main dulu sama bapaknya, habis itu baru baca cerita ke ibunya. Dan ikut saja dia mau mainnya apa," ujar Saskhya.
Di samping itu, di waktu luang lain seperti akhir pekan, orang tua kata Saskhya boleh membiarkan anak bermain gawai tetapi tetap dalam pengawasan. Selain itu, ia juga menegaskan agar para orang tua memperhatikan konten yang ditonton anak pada gawai.
"8 tahun ke bawah itu tayangan yang imajinatif dikurangin dulu. Semuanya tempat belajar untuk mereka. Bagi aku yang penting itu koneksi anak dan orang tua," tutupnya. (ikh)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa

Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
