Ribuan Akun WhatsApp Diretas Perusahaan Asal Israel?


Ribuan akun WhatsApp dikabarkan diretas oleh perusahaan asal Israel (Foto: pixabay/b_a)
BARU-baru ini terbesit kabar yang cukup mencengangkan dari WhatsApp. Dimana aplikasi chat tersebut menuding perusahaan spyware asal Israel, NSO Group Technologis, sebagai pelaku atas peratasan 1.400 akun WhatsApp.
Seperti yang dilansir dari laman The Guardian, ribuan akun WhatsApp yang diretas itu termasuk milik jurnalis, pejabat senior pemerintah serta aktivits hak asasi manusia.
Baca Juga:
Pengguna Harian Tembus 300 Juta, Zoom Tingkatkan Kapasitas Layanan
WhatsApp menyebut jika NSO Group bertanggung jawab dalam pelanggaran HAM yang cukup serius. Karena mereka turut melakukan peretasan pada sejumlah jurnalis India serta pemberontak Rwanda.

Telah bertahun-tahun spyware dari NSO Group dibeli oleh klien pemerintah, guna melacak teroris dan penjahat lainnya. Namun mereka mengaku tak mempunyai kapasitas bagaimana para kliennya seperti Meksiko dan Arab Saudi menggunakan software peretasannya.
Tapi pada gugatan hukum yang diajukan oleh WhatsApp pada tahun lalu, mengungkap detail teknis tentang seperti apa Pegasus dikerahkan untuk melancarkan peretasan.
Pada dokumen yang diajukan di pengadilan minggu lalu, WhatsApp menuturkan seperti apa Pegasus digunakan untuk meretas 1.400 pengguna tahun lalu. Hingga akhirnya terungkap jika server dikendalikan oleh NSO Group, dan bukan klien pemerintah.
"NSO menggunakan jaringan komputer guna memantau dan memperbarui Pegasus usai ditanamkan pada perangkat pengguna. Komputer yang dikontrol NSO tersebut berfungsi sebagai pusat saraf, di mana NSO mengendalikan operasi dan penggunaan pelanggan Pegasus" jelas WhatsApp.
Baca juga:
Facebook Akan Hadirkan Pesaing Zoom, Yuk Intip Penampakannya
Lebih lanjut WhatsApp menyebutkan jika NSO memperoleh akses yang tidak sah ke servernya, yakni dengan melakukan rekayasa di balik aplikasi WhatsApp, dengan tujuan memanipulasi fitur panggilan.

Salah satu pejabat WhatsApp yang menyediliki peretasan itu, menyebutkan jika dalam 720 contoh, alamat IP dari server jarak jauh menyertakan kode berbahaya yang digunakan dalam serangan. Server jarak jauh tersebut berbasis di Los Angeles dan dimiliki oleh sebuah perusahaan, yang pusat datanya digunakan oleh NSO.
Namun, pada pernyataanya pada The Guardian, NSO menyebutkan jika dia tak mengoperasikan software Pegasus uuntuk kliennya.
"Produk kami digunakan untuk menghentikan terorisme, mengekang kejahatan dengan kekerasan, dan menyelamatkan jiwa. NSO Group tidak mengoperasikan perangkat lunak Pegasus untuk kliennya," ucap juru bicara NSO
Sementara itu pihak NSO juga mengatakan, jika mereka akan mengajukan tanggapan ke pengadilan dalam beberapa hari mendatang. (Ryn)
Baca juga:
Facebook Tetap Bersikeras Pasang Iklan di WhatsApp, Ada Apa?
Bagikan
Berita Terkait
Bikin WA Grup Khusus, 17 Orang Ditangkap Termasuk Anak Bawah Umur Terkait Demo Rusuh Solo

Era Baru Kejahatan Digital, CrowdStrike Sebut Serangan AI Makin Meningkat di 2025

Belajar dari Pengalaman, Pengamat Ingatkan Payment ID Rentan Dibobol Hacker

Akun X @H4ckmanac Klaim Bobol 700.000 Data Penerimaan CPNS, Begini Penjelasan Kemenhan

16 Miliar Data Bocor, Pengguna Apple hingga Google Diminta Ganti Password

Terungkap! Kebocoran Data Login Terbesar dalam Sejarah: 16 Miliar Kredensial Bobol Akibat Malware Infostealer

WhatsApp Hadirkan Fitur Privasi Baru: Bisa Matikan Kamera Sebelum Menerima Panggilan Video

WhatsApp Perkenalkan CTWA, Fitur Iklan yang Bikin UKM Lebih Dekat dengan Pelanggan Saat Ramadan

WhatsApp Tambah Fitur Musik di Status, Mirip Instagram Stories

Mulai 1 Januari 2025, 19 HP Android ini Tak Bisa Akses WhatsApp Lagi
