Kesehatan Mental

OCD Berhubungan dengan Distorsi Pikiran

P Suryo RP Suryo R - Sabtu, 12 Februari 2022
OCD Berhubungan dengan Distorsi Pikiran

OCD memiliki rasa kekhawatiran atas pikiran yang mengganggu. (Foto: Pixabay/whoismargot)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PENGAKUAN aktor Aliando Syarief beberapa waktu yang lalu cukup membuat kita atau bahkan penggemarnya kaget dan sedih. Melalui akun media sosialnya pemeran Hamzah muda di film Sweet 20 mengakui bahwa selama ini ia mengidap OCD sehingga mengurangi segala kegiatan-kegiatannya.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah sejenis gangguan mental yang memiliki pikiran dan dorongan tidak bisa dikendalikan secara berulang-ulang atau obsesif. Dilansir dari Psychology Today, terdapat gangguan yang paling umum pada pikiran orang yang tidak memiliki OCD, mereka cenderung menjadi ketakutan tentang: penyakit, kuman, melupakan (misalnya, mematikan kompor, mengunci pintu), kehilangan kendali atau menjadi gila (misalnya, menyebabkan keributan dengan mengambil pakaian seseorang di depan umum, melakukan kejahatan, mengemudi di jalan, sengaja menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, mencium seseorang secara tidak pantas, melakukan seks menyimpang atau selingkuh).

Baca Juga:

Mengenal Hurry Sickness, Perasaan Selalu Tergesa-gesa

kesehatan
Terapi perilaku membuat OCD teratasi. (Foto: Pixabay/mohamed_hassan)

Orang dengan OCD bukan isi atau topik dari pikiran mereka yang mengganggu melainkan tingkat kekhawatiran mereka tentang memiliki pikiran yang mengganggu. Orang dengan OCD menganggap pikiran yang mengganggu itu berbahaya atau amoral. Mereka menyamakan memiliki pikiran dengan melakukan tindakan yang ditakuti. Seperti kalau saya khawatir membuka pakaian di tempat umum, saya pasti akan melakukannya. Distorsi pikiran ini disebut fusi pikiran.

Belum diketahui secara pasti apa penyebab OCD ini, tapi ada beberapa faktor pendorongnya, yaitu menderita gangguan mental, memiliki anggota keluarga yang menderita OCD, dan pernah mengalami peristiwa tidak menyenangkan.

Jika kamu sering mengalami pemikiran yang mengganggu, tidak menyenangkan, dan menghasilkan tingkat kecemasan yang tinggi, dan kamu menyadari terlibat dalam perilaku menghindari atau mengurangi kecemasan, yang terbaik adalah mencari bantuan dari ahli kesehatan mental.

Dilansir dari laman ASKMEN, terdapat dua jenis cara menangani OCD. Pertama melalui cara pengobatan, yaitu mengkonsumsi obat yang mempengaruhi serotonin neurotransmitter yang dapat secara signifikan mengurangi gejala OCD pada lebih dari setengah pasien.

Baca Juga:

Tips untuk Bantu Jaga Kesehatan Mental dari Rumah selama Pandemi

kesehatan
Mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan dapat meringankan gejala OCD. (Foto: Pixabay/Pexels)

Serotonin reuptake inhibitor (SRIs) yang secara spesifik disetujui untuk penggunaan obat OCD adalah: Clomipramine (Anafranil), Fluoxetine (Prozac), Fluvoxamine (Luvox), Paroxetine (Luvox), Paroxetine
(Paxil), Sertraline (Zoloft), dan Citalopram (Celexa). Obat-obat ini biasanya membutuhkan waktu setidaknya tiga minggu untuk menjadi efektif dan mencakup efek sampingnya seperti kenaikan berat badan, insomnia, mulut kering, atau disfungsi seksual.

Kedua, melalui terapi khusus OCD. Terapi perilaku menekankan perubahan keyakinan dan pola berpikir penderita OCD, baik melalui paparan atau banjir pikiran atau objek yang dikhawatirkannya (dengan demikian meminimalkan efek negatifnya), atau melatih ulang individu untuk menerima secara mental, atau menormalkan pikiran yang mengganggu. Misalnya, seseorang yang takut akan kontaminasi dari toilet umum mungkin dianjurkan untuk menyentuh toilet dan tidak mencuci tangan selama satu jam.

Biasanya, pada waktu itu, rasa khawatir akan mulai mereda dan si pasien, seraya waktu berlalu, melatih otaknya agar tidak bereaksi berlebihan terhadap situasi atau pemicu yang tidak berbahaya. Pengaruh positif terapi perilaku OCD bertahan setelah pengobatan selesai dan dapat bertahan selama puluhan tahun. Program pencegahan kekambuhan membantu mempertahankan kondisi mental yang sehat bagi penderita OCD. (DGS)

Baca Juga:

Jadi Orangtua yang Baik, Ubah Pola Pikir dan Perilaku Terhadap Anak

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Perasaan insecure selalu berkaitan dengan kepercayaan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 Februari 2025
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Bagikan