Langkah Jokowi Undang Presiden Ukraina ke G20 dan Tolak Beri Bantuan Senjata Tepat


Presiden Joko Widodo. (ANTARA/Twitter/@setkabgoid)
MerahPutih.com - Guru besar hukum internasional UI, Hikmahanto Juwana merespons langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam agenda KTT G20 di Bali pada November 2022.
Menurut Hikmahanto, langkah Kepala Negara tepat. Sebab, undangan kepada Volodymyr sebagai upaya untuk memastikan kehadiran Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di agenda KTT G20.
Baca Juga
“Undangan terhadap Zelensky dalam rangka memastikan agar AS dan sekutunya untuk hadir di KTT bulan November nanti,” ujar Hikmahanto dalam keterangan pers yang diterima wartawan di Jakarta, Sabtu (30/4).
Menurut Hikmahanto, sebagai pihak yang memegang Presidensi G20, Indonesia memiliki diskresi untuk mengundang semua pihak yang dipandang penting terkait jalannya pertemuan KTT G20.
“Tahun kemarin, Italia mengundang Singapura yang bukan anggota G20 untuk hadir,” tutur Hikmahanto.
Dia juga menegaskan soal pentingnya kehadiran para kepala pemerintahan dan kepala negara dalam agenda KTT G20 nantinya bagi Indonesia.
Hal ini mengingat agenda tersebut akan mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi sejumlah aspek fundamental mulai dari perekonomian global sampai lingkungan hidup.
Baca Juga
Hikmahanto, juga memberikan apresiasi kepada Presiden Jokowi yang menolak dengan tegas permintaan bantuan berupa senjata dari Zelensky
Hikmahanto menilai, Presiden Jokowi dengan tepat melakukan penolakan permintaan atas dasar konstitusi dan prinsip politik luar negeri bebas aktif. Preambul UUD 1945 menyebutkan salah satu alasan dibentuknya pemerintah adalah untuk ikut dalam ketertiban dunia.
Sikap Indonesia untuk tidak membantu persenjataan jelas berbeda dengan AS dan negara-negara sekutunya yang justru terus memasok persenjataan.
Pemberian bantuan senjata ke Ukraina justru memperburuk situasi, bahkan dapat meningkatkan ketegangan. Saat ini, perang telah bergeser tidak lagi antara Rusia dengan Ukraina, melainkan antara Rusia dengan AS dan sekutunya.
Hikmahanto mengatakan Ukraina hanya dijadikan medan perang tanpa memperhatikan sisi kemanusiaan rakyat Ukraina.
Ia yakin, bagi Indonesia, kehadiran dari kepala pemerintahan dan kepala negara dalam KTT G20 sangat penting.
"Karena pada forum tersebut akan diambil keputusan yang akan mempengaruhi perekonomian dunia dan lingkungan hidup," pungkas Rektor Universitas Jenderal A Yani itu. (Knu)
Baca Juga
Tolak Kirim Bantuan Senjata, Jokowi Undang Putin dan Zelenskyy ke Bali
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Saat Pertemuan Menteri G20 Sri Mulyani Pamer Cara Indonesia Atasi Masalah Dana Buat Pembangunan

Bahas Perang Tarif di Afrika Selatan, Sri Mulyani Ingin G20 Kerja Sama Saling Menguntungkan

Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu

Stok Amunisi AS Menyusut Imbas Perang 12 Hari Iran-Israel, Pentagon Setop Pasok Rudal Ukraina

5 Dampak Mengerikan Jika Terjadi Perang Dunia III, Trauma Psikologis hingga Meningkatnya Kemiskinan

Stabilitas Ekonomi Terancam, Guru Besar UI Peringatkan Bahaya Konflik Timur Tengah bagi Indonesia

Korut Tepis Isu 6.000 Tentaranya Tewas di Perang Rusia-Ukraina, Hanya Ratusan

Paus Leo XIV Hubungi Putin, Minta Segera Berdamai Dengan Ukraina

Eks Marinir TNI AL Gabung Rusia Perang di Ukraina, Satria Bisa Dihukum Kalau Masih WNI
