Keunggulan Prabowo, Kelebihan Anies dan Dukungan Pada Ganjar Versi Pengamat Politik

Hasil Survei Charta Politika Indonesia. (Foto: Tangkapan Layar)
MerahPutih.com – Lembaga survei menempatkan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, sebagai capres yang selalu berada di puncak elektabilitas untuk Pilpres 2024, sementara ini.
Prabowo saat ini dinilai sudah mengantongi dukungan partainya, karena ia menjadi Ketua Umum Partai Gerindra tinggal menambah kekuatan agar mencapai ambang batas pencalonan.
Baca Juga:
Polisi Susun Strategi Redam Polarisasi di Pemilu 2024
Sedangkan Anies Baswedan, belum memiliki dukungan partai karena bukan salah satu kader partai politik. Sedangkan Ganjar Pranowo, walaupun menjadi kader PDI Perjuangan, masih harus mendapatkan restu Megawati Soekarnoputri. Para elit PDIP sendiri, menjagokan Puan Maharani untuk menjadi Capres atau Cawapres.
Bagaimana peluang ketiganya di Pilpres 2024? Berikut analisis dari pengamat sosial politik, Abdul Arif
Ganjar Pranowo
Menurut Arif, daya tarik utama Ganjar adalah latar belakang sosial politiknya. Pasalnya, Ganjar berasal dari kombinasi Jawa-Islam-Abangan, yang irisan ketiganya secara populatif merupakan mayoritas pemilih di negeri ini.
Nilai lebih ini, ditambah dengan fakta bahwa Ganjar adalah kader PDI Perjuangan (PDIP), partai politik pemenang Pemilu dan Pilpres dua periode terakhir berturut-turut.
"Kombinasi dari semuanya menempatkan Gubernur Jawa Tengah ini sebagai salah satu calon unggulan pada pilpres mendatang,” ujar Arif kepada MerahPutih.com, Selasa (14/6).
Sayangnya, Ganjar belum mendapat lampu hijau dari partainya sendiri. Megawati Soekarnoputri sebagai pemilik hak prerogatif penentu capres dari PDIP belum memberikan restunya kepada pria asli Kebumen ini.
Arif mengungkapkan, ada banyak spekulasi berkembang di sekitar Megawati terkait restu ini. Sebagian mengatakan Presiden RI ke-5 itu ingin mengorbitkan anaknya, yang kini menjabat Ketua DPR RI Puan Maharani, sebagai capres atau cawapres.
"Sebagian lagi menyebutkan, Mega trauma dengan menunjuk "orang lain" sebagai capres setelah merasa "ditinggal" Jokowi, orang yang dua kali dia tunjuk-usung-dukung menjadi Presiden RI,” imbuhnya.
Prabowo Subianto
Selepas kekalahannya pada Pilpres 2019 dan kesediaannya masuk pada kabinet Jokowi, Sebagian publik menduga obsesi Prabowo untuk maju kembali di Pilpres 2024 telah sirna. Namun dugaan itu ternyata keliru. Prabowo menyiratkan sedang berancang-ancang untuk kembali maju pada Pilpres mendatang.
"Tiga kali kekalahan sejak pilpres 2009 hingga 2019 tak menjerakan Prabowo,” ujarnya.
Semangat Prabowo ini, kata Arif, antara lain karena dimotivasi oleh hasil survei-survei mutakhir yang mengabarkan bahwa elektabilitas mantan menantu Soeharto itu masih moncer.
"Itu tanda bahwa Prabowo memiliki pendukung loyal meski saat ini menjadi pembantu Jokowi, sosok yang mengalahkannya di dua pilpres terakhir," imbuhnya.
Arif mengatakan, sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo punya bekal dukungan parpol walau belum mencukupi ambang batas pencalonan presiden 20 persen kursi DPR. Setidaknya dia telah memiliki sebagian tiket itu.
"Dengan mengajak satu atau dua parpol lain dia bisa melenggang kembali di pencalonan presiden mendatang," kata Arif.
Hambatan utama Prabowo ada pada dua hal: Pertama, rekam jejaknya sebagai penculik aktivis mahasiswa yang menumbuhkan resistensi di kalangan para penggiat demokrasi dan, Kedua, kenyataan bahwa saat ini dia bukan lagi menjadi simbol kekuatan oposisi.
Keberhasilan Prabowo meyakinkan kalangan pro demokrasi tentang komitmennya terhadap demokrasi akan memecahkan masalah pertama. Sedangkan kepandaian dia berselancar di antara para pendukung Jokowi dan oposisi akan memberinya kekuatan untuk menambah basis dukungan.
"Tanpa kehilangan loyalitas dari para pendukung setianya," kata Arif.
Anies Baswedan
Meski menduduki jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini, namun Anies adalah simbol kekuatan oposisi. Oleh kalangan yang kontra Jokowi, Anies digadang sebagai tokoh yang diharapkan bisa tampil sebagai presiden dan kemudian mengoreksi kebijakan-kebijakan Jokowi yang mereka nilai keliru.
"Jika dilihat spektrum pendukung Anies saat ini maka kita akan bertemu dengan para "musuh politik" Jokowi sejak 2014: kalangan Islam Kanan," kata Arif.
Arif menerangkan, "perjumpaan politik" antara Anies dengan kelompok ini terjadi pada momentum Pilgub DKI 2017. Saat itu kelompok Islam Kanan ini tengah mencari sosok yang bisa mengalahkan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) di Pilgub dan mereka mendapati Anies sebagai sosok itu.
Menurut Arif, Anies secara ideologis tidak bisa digolongkan "kanan" karena rekam jejaknya menunjukkan bahwa mantan Rektor Universitas Paramadina ini beraliran nasionalis atau paling jauh Islam modernis, sebagaimana Nurkholish Madjid, guru ideologisnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini telah memiliki bekal dukungan pemilih. Jika Anies bisa merajut kekuatan-kekuatan lain di luar kelompok Islam Kanan. Kpandaian Anies untuk merangkul dua kelompok ini akan sangat menentukan kesuksesannya pada Pilpres 2024 mendatang.
"Selain keberhasilnya mendapatkan partai-partai pengusung pencalonannya sebagai capres," katanya. (Pon)
Baca Juga:
Gelar Rakernas, NasDem Ingin Hadirkan Pemilu Tanpa Pembelahan
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
KPU Batalkan Aturan Kerahasiaan 16 Dokumen Syarat Capres-Cawapres, Termasuk Soal Ijazah

KPU Tutup Akses Dokumen Capres-Cawapres, DPR Ibaratkan Beli Kucing dalam Karung

KPU Tepis Rumor Penyembunyian Ijazah Sengaja untuk Lindungi Capres/Cawapres

16 Dokumen Syarat Pendaftaran Capres-Wawapres Tertutup Bagi Publik, Termasuk Fotokopi Ijazah

Golkar Usulkan Perubahan Sistem Pemilu, Ingin Lahirkan Budaya Politik Baru

Politik Thailand Kembali Bergejolak, PM Sementara Ajukan Pembubaran Parlemen dan Pemilu Baru

Tutup Rakernas, Surya Paloh Targetkan NasDem Masuk 3 Besar Pemilu 2029

NasDem Siap Tantang Partai Besar, Punya Strategi Khusus Rebut Tiga Besar Pemilu 2029

DPR Mulai Bahas Pilihan Alternatif Model Pilkada, Usulan PKB Gubernur Ditunjuk Presiden Belum Ada Yang Nolak

Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar
