Kenali Tips Mencegah Perundungan Siber Pada Anak
edukasi tentang bahaya perundungan siber serta membatasi waktu memegang gawai pada anak sangat penting (Foto: pixabay/elf-moondance)
MEMBERIKAN edukasi tentang bahaya perundungan siber serta membatasi waktu memegang gawai pada anak sangat penting. Langkah ini akan mencegah sang anak dari perundungan siber.
Hal tersebut dipaparkan oleh Psikolog Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia). Anna menyampaikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua, agar anak tehindar dari perundungan siber.
Baca Juga:
"Memberikan edukasi terkait apa itu cyberbullying sangat penting. Kemudian orang tua juga harus membatasi konten dan aplikasi pada gawai, serta menjadi contoh dalam berperilaku digital yang baik," kata Anna Surti Ariani seperti yang dikutip dari laman Antara.
Perundungan Siber atau Cyberbullying ialah kondisi ketika seseorang merasa tidak nyaman terhadap komentar atau informasi yang diunggah ke internet atau media sosial oleh orang lain untuk ditujukan kepada dirinya. Mereka melakukan ini dengan tujuan menyakiti, intimidasi, menyebar hoaks, dan menghina.
Anna menyebutkan menurut survei UNICEF U-Rerport 2021, sebanyak 45 persen dari 2.777 anak muda usia 14-24 tahun pernah mengalami cyberbullying. Anna menambahkan alasan orang melakukan cyberbullying ialah si pelaku ingin merasa kuat, ingin populer, kurang berempati, harga dirinya rendah, dan tidak sadar akan dampak yang ditimbulkan.
Mengenai seseorang yang terdampak cyberbullying atau perundungan siber, Anna menjelaskan beberapa ciri-cirinya. Ciri yang pertama ialah anak cenderung menarik diri, mudah emosi, cenderung pendiam, dan tidak mau bersosialisasi.
Kemudian, ciri yang kedua ialah mengganti akun media sosial, lalu yang ketiga ialah tidak bisa lepas dari gawai, dan kehilangan minat untuk melakukan kegiatan lainnya.
Baca Juga:
Mengenai perundungan siber, Founder Yayasan Sejiwa, Diena Haryana mengungkapkan, bahwa media sosial memberikan dampak terhadap sejumlah kasus yang dialami anak, seperti ketergantungan gawai, cyberbullying, eksploitasi seksual dan penipuan online.
"Dampaknya bisa sangat besar, membekas hingga jangka panjang karena rasa malu yang ditimbulkan, mengingat postingan buruk terhadap dirinya telah disaksikan ribuan orang netizen," tutur Diena.
Perundungan menurut Diena bukan hanya menyebabkan depresi, tapi bisa memicu tindakan bunuh diri. Namun sayangnya banyak korban yang memilih diam, dan tidak mengadukan kasus yang menimpanya.
Diena menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para orang tua untuk mencegah sang anak terkena dampak buruk dari cyberbullying.
"Sebagai orang tua, kita arahkan anak untuk memblok pelaku dan melaporkannya melakukan media sosial. Kita juga dapat mengalihkan anak dari media sosial melalui kegiatan lain seperti hobi, berlibur, maupun hal-hal kreatif lainnya. Bila sudah semakin parah dampaknya, segera konsultasikan anak kepada ahlinya untuk mendapat tindakan terbaik," tutupnya. (ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Berkaca dari Kasus Ledakan SMAN 72 Jakarta, Pramono: Bullying Tidak Boleh Terulang Kembali
Berkaca dari Kasus Ledakan di SMA 72, Pramono Harap Tak Ada Lagi Aksi Perundungan di Lingkungan Sekolah
Dukung Pendidikan lewat Program CSR, Roemah Koffie Serahkan 20 Komputer ke Sekolah Daerah Penghasil Biji Kopi
Nyawa Angga Melayang Buntut Bullying Ganas di Grobogan, Polisi Diminta Profesional dan Transparan
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Cegah Perundungan, Legislator: Stop Normalisasi Kekerasan, Termasuk yang Dibungkus Candaan
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa