Ini yang Akan Terjadi Jika Kamu Menghirup Abu Vulkanis


Debu vulkanis dari gunung vulkanik Kirkjufell di Islandia pada 1971. (Foto National Geographic)
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia melalui Twitter melaporkan adanya peningkatan aktivitas abu vulkanis dari Gunung Semeru yang ditandai dengan terjadinya guguran awan panas. Abu vulkasnis mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 WIB.
Pada keterangan yang diumumkan pada Minggu (05/12) petang, BNPB memperbarui jumlah korban jiwa yaitu sebanyak 14 orang. Kejadian ini juga menyebabkan 56 orang menjadi korban luka berat dan ringan.
Baca Juga:
Abu Vulkanis Mendinginkan Suhu Bumi
Tidak hanya erupsi gunung, debu vulkanis yang dihirup oleh manusia juga bisa memberikan dampak serius bagi kesehatan manusia pada jangka panjang. Dikutip dari National Geographic, debu vulkanis terbuat dari pecahan kecil dari batu bergerigi, mineral, dan kaca vulkanis. Debu vulkanis ini merupakan hasil dari letusan gunung berapi yang eksplosif, termasuk Gunung Semeru.

Berbeda dengan abu lembut yang tercipta dari kebakaran hutan, abu vulkanis bersifat keras, abrasif, dan tidak larut dalam air. Partikel abu vulkanis ini berukuran sekitar 2 milimeter. Karena ukurannya yang kecil, abu vulkanis bisa terbawa angin sampai ke jarak yang cukup jauh. Bahkan, partikel kecil abu vulkanis bisa terbang sampai ribuan kilometer dari lokasi letusan.
Baca juga:
Menangkap Golden Sunrise dari 'Negeri di Atas Awan'
Jika dihirup dalam jangka waktu yang lama, abu vulkanis bisa menyebabkan gangguan pernapasan dan kerusakan paru-paru. Menghirup abu dan gas vulkanis dalam jumlah yang tinggi juga membuat manusia terasa tercekik, kesulitan bernapas, dan merasa lemas bahkan bisa sampai meninggal. Ini menjadi penyebab kematian yang paling umum dari bencana alam gunung berapi.
Dikutip dari American Lung Association, abu vulkanis sangat berbahaya terutama bagi anak-anak, lansia, dan para penderita gangguan paru-paru seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) termasuk bronkitis kronis dan emfisema.

Paparan abu vulkanis mampu menyebabkan napas berbunyi (mengi), batuk, dan iritasi pernapasan bagi individu dengan saluran udara sensitif.
Untuk mencegah paparan abu vulkanis, tetap berada di dalam ruangan selama beberapa waktu. Tutup pintu dan jendela rapat-rapat dan tempatkan handuk basah di sela pintu dan sumber angin lainnya untuk menahan debu. (shn)
Baca juga:
Pulau Pahawang, Snorkeling, Diving dan Bercanda Bersama Nemo
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
