Ini Kata Bank Dunia Soal Kudeta Myanmar
Personel militer berjaga di titik pemeriksaan di jalan yang menuju kompleks gedung Parlemen di Ibu Kota Naypritaw, Myanmar, Senin (1/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.
MerahPutih.com - Bank Dunia menyatakan prihatin dengan situasi terkini di Myanmar dan pengambilalihan kekuasaan oleh militer.
Bank Dunia memperingatkan bahwa kejadian itu dapat membuat kemunduran besar dalam transisi dan prospek pembangunan negara itu.
"Kami menaruh perhatian pada keselamatan dan keamanan rakyat Myanmar, termasuk staf dan rekan kami, serta merasa terganggu dengan pemutusan kanal komunikasi, baik di dalam Myanmar sendiri maupun dengan dunia luar," kata Bank Dunia, dalam sebuah pernyataan, Senin (1/2) malam.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint Ditahan Militer
Angkatan Darat Myanmar, Senin pagi waktu setempat, mengambil alih kekuasaan dan menyerahkannya kepada Jenderal Senior Min Aung Hlaing, serta memberlakukan status darurat selama satu tahun.
Pihak militer juga menahan para tokoh pemerintahan dan menyebut aksi kudeta ini sebagai respons atas kecurangan pemilu yang digelar tahun lalu.
Bank Dunia mengatakan, lembaganya telah menjadi mitra yang berkomitmen dalam mendukung peralihan Myanmar menjadi demokratis selama satu dekade terakhir, juga mendorong upaya negara itu untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan inklusi sosial.
"Kami tetap berkomitmen terhadap tujuan-tujuan tersebut. Kami selalu mendukung rakyat Myanmar," kata Bank Dunia seperti dikutip Antara.
Berdasarkan data Bank Dunia pada situs resminya, lembaga itu menyiapkan pinjaman sebesar 900 juta dolar AS (Rp12,6 triliun) untuk Myanmar pada 2020, dan 616 juta dolar AS (Rp8,6 triliun) pada 2017.
Bank Dunia menyebut telah ada kemajuan pada kesejahteraan sosial d Myanmar sejak reformasi pada 2011, dengan angka kemiskinan turun dari 48 persen pada 2005 menjadi 25 persen pada 2017.
Baca Juga:
Momen reformasi melambat setelah 2016, seiring dengan pemerintahan sipil yang terpilih ketika itu kesulitan memaparkan visi ekonomi.
Namun Bank Dunia juga menyebut pemerintah Myanmar baru-baru ini mengadopsi rencana pembangunan berkelanjutan yang ambisius dan memperbaharui agenda reformasi ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Myanmar diperkirakan turun menjadi 0,5 persen saja di tahun fiskal 2019/2020 dari 6,8 persen di tahun sebelumnya, menurut Bank Dunia, dan ekonomi bisa kontraksi sebesar 2,5 persen jika pandemi COVID-19 terus terjadi berkepanjangan. (*)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Ratusan WNI Tejebak di Myanmar, 54 Orang Segera Dibawa Pulang
Dimediasi China, Junta Militer Myanmar dan Pasukan TNLA Sepakat Gencatan Senjata
Konflik di Myanmar Tidak Kunjung Selesai, Para Pemimpin ASEAN Desak Dialog Politik Nasional
75 WNI Berhasil Kabur dari Markas Perusahaan Judol Myanmar, 20 Orang Sukses Menyeberang ke Thailand
Junta Militer Myanmar Bombardir Acara Festival Buddha Tewaskan 32 Orang, 50 Luka-Luka
Indonesia Usulkan Reformasi Total IMF dan Bank Dunia, Hapus Sistem Voting Berbasis Saham
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar
Darurat Militer Dicabut, Junta Larang Partai Aung San Suu Kyi Ikut Pemilu Myanmar
Junta Cabut Status Darurat Militer Setelah 4,5 Tahun, Myanmar Segera Gelar Pemilu
Alasan BPS Belum Adopsi Penghitungan Jumlah Penduduk Miskin Ala Bank Dunia