Bencana Rutin di Akhir Tahun, Tak Waspada Renggut Nyawa

Zulfikar SyZulfikar Sy - Sabtu, 05 November 2022
Bencana Rutin di Akhir Tahun, Tak Waspada Renggut Nyawa

Bencana longsor. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Alarm bencana akhir tahun sudah terpasang. Masyarakat diharapkan meningkatkan kehati-hatian terutama ketika berkegiatan di luar ruangan (outdoor) atau berwisata alam.

Potensi bencana akhir tahun hingga awal 2023 diprediksi meningkat dengan intensitas hujan menjadi ekstrem. Problem bencana yang terjadi juga tak lepas dari perkembangan populasi, eksploitasi sumber daya alam, dan berkurangnya daya dukung lingkungan terhadap hujan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan memberikan instruksi khusus terkait bencana tersebut. Dalam pengantarnya pada sidang paripurna kabinet di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/10), Jokowi meminta jajarannya mengantisipasi dan mengalkulasi potensi bencana alam karena cuaca ekstrem yang terjadi di tanah air.

“Antisipasi potensi bencana alam karena cuaca ekstrem harus juga dihitung. Gelombang panas di Eropa, banjir bandang di Pakistan, badai di Florida, kekeringan panjang di Afrika, di Kenya, saya kira kita lihat semuanya itu harus menjadi bahan evaluasi kita,” ujar Presiden Jokowi.

Jokowi juga mengingatkan, Indonesia termasuk dalam negara yang paling rawan bencana. Hal tersebut dilontarkan Presiden Jokowi di hadapan petinggi negara dalam forum Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali.

Baca Juga:

Selama 3 Pekan Ada 227 Kejadian Bencana di Indonesia, 33 Orang Meninggal Dunia

Anak-anak juga tak luput dari bencana di akhir tahun. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat beberapa kejadian merenggut jiwa anak-anak akibat ketidakwaspadaan menghadapi bencana di musim hujan.

Setidaknya empat siswa SMP IT Al Hikmah Kota Depok, Jawa Barat meninggal setelah hanyut saat menjalani Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LKDS) Curug Kembar, Desa Batu Layang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu. Saat kejadian, lokasi sedang diguyur hujan deras.

Dalam kejadian itu, sebanyak tiga siswa telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia pada hari kejadian. Sedangkan satu lainnya ditemukan lima hari kemudian yang juga dalam keadaan meninggal.

Pada kejadian di Sleman, pelajar SMPN 1 Turi, Sleman yang menyusuri Sungai Sempor diterjang arus deras dari arah utara. Peristiwa menyebabkan 10 siswi meninggal dunia.

Kejadian serupa terjadi pada 15 Oktober 2021, yakni saat 21 siswa MTs di Ciamis menjadi korban kegiatan susur sungai. Sebanyak 10 siswa diselamatkan oleh warga yang turut membantu, namun 11 siswa lainnya telah ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Anggota KPAI Retno Listyarti menyayangkan pihak sekolah yang tidak bijak dalam menyelenggarakan kegiatan di alam bebas saat musim hujan. Dia meminta pemda melarang pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan di alam terbuka, apalagi di wilayah sungai saat musim hujan.

"Saat hujan lebat, segala kemungkinan bisa terjadi, mulai dari tanah longsor, banjir, sampai kemungkinan banjir bandang di lokasi tersebut," kata dia, Minggu (16/10).

Petugas tengah mengamati monitor prakiraan cuaca di gedung pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Jakarta, Rabu, (13/12). Merahputih.com / Rizki Fitrianto
Petugas tengah mengamati monitor prakiraan cuaca di gedung pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

BMKG memprakirakan, pada bulan November 2022 hingga Januari 2023 mendatang, wilayah Indonesia umumnya mengalami curah hujan kategori menengah hingga tinggi.

Pada bulan November 2022, 53,08 persen wilayah Indonesia diprakirakan menengah (100 – 300mm/bulan) dan 46,74 persen diprakirakan mengalami curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (>300 mm/bulan).

Pada bulan Desember 2022, 66,42 persen wilayah Indonesia diprakirakan menengah dan 32,91 persen diprakirakan tinggi hingga sangat tinggi.

Sedangkan pada bulan Januari 2023, 71,51 persen wilayah Indonesia mengalami curah hujan kategori rendah, 28,20 persen diprakirakan tinggi hingga sangat tinggi.

Sementara itu, puncak musim hujan pada 2022/2023 di sebagian besar wilayah zona musim (ZOM) diprakirakan terjadi pada bulan Desember 2022 dan Januari 2023 sebanyak 295 ZOM.

BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020, diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021.

"Kombinasi dari kedua fenomena tersebut (La Nina dan IOD Negatif) diprakirakan akan berkontribusi pada meningkatnya curah hujan di Indonesia," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers prakiraan musim hujan 2022/2023 di Jakarta, Rabu (31/8).

Fenomena La Nina juga dapat menyebabkan musim hujan yang lebih panjang atau tidak terjadi musim kemarau, dan peningkatan curah hujan yang signifikan pada saat musim berlangsung. Fenomena La Lina membuat bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor, rawan terjadi di pelbagai wilayah Indonesia.

Dalam catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya sebanyak 48 orang meninggal akibat bencana hidrometeorologi basah selama bulan Oktober 2022.

Sementara secara keseluruhan dari periode 1 Januari hingga 29 Oktober 2022, bencana di Indonesia didominasi banjir.

Tercatat sebanyak 3.027 jumlah kejadian bencana terjadi di tanah air, yang meliputi banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi erupsi gunung api, dan kekeringan.

Sebanyak 3.027 kejadian bencana itu terdiri dari 1.238 peristiwa banjir, cuaca ekstrem 931 kejadian, tanah longsor 562 peristiwa, karhutla sebanyak 248 kejadian.

Kemudian, gelombang pasang dan abrasi sebanyak 22 peristiwa, gempa bumi erupsi gunung api sebanyak 22 kejadian dan kekeringan sebanyak empat peristiwa. Akibat bencana tersebut, 198 orang meninggal, 31 orang hilang, 832 luka-luka dan 3.903.947 orang menderita dan mengungsi.

Baca Juga:

Jokowi Perintahkan Para Menteri Antisipasi Ancaman Bencana Cuaca Ekstrem

Kewaspadaan masyarakat harus lebih ditingkatkan setidaknya melewati akhir dan awal tahun 2023. Kegiatan-kegiatan di luar ruangan seperti berwisata alam harus dilakukan dengan hati-hati.

Menurut penggiat wisata alam dari Ekspedisi Hutan Rimba (Ekstanba) Rizki Adi, ada banyak hal yang mesti diperhatikan masyarakat yang ingin berwisata atau berkegiatan luar ruangan (outdoor) di akhir tahun.

Menurut Rizki, hal pertama yang perlu menjadi perhatian adalah menguasai medan. Dalam hal ini, pengalaman menjadi faktor utama.

Rizki menuturkan, jika tak punya pengalaman naik gunung misalnya, pengunjung atau wisatawan dikhawatirkan akan jadi korban ketika terjadi bencana.

"Apalagi terjadi longsor atau banjir yang memerlukan penanganan cepat. Namun itu bisa diantisipasi dengan adanya pendampingan dari orang yang berpengalaman," jelas Rizki, Jumat (4/11).

Khusus yang ingin membawa anak-anak, wisatawan juga harus berhati-hati dan tak memaksakan ke medan yang berat.

"Karena anak-anak rawan menjadi korban jika terjadi bencana atau cuaca ekstrem. Pilihlah lokasi yang nyaman dan aman bagi anak," tutur Rizki.

Hal lain yang mesti diperhatikan adalah pemilihan tempat wisata outdoor yang memiliki standar pengamanan yang baik. Seperti pengelola yang mempersiapkan jalur evakuasi ketika terjadi bencana dan infrastruktur yang baik.

Rizki juga menyarankan agar wisatawan berkoordinasi dan memiliki kontak pengelola tempat wisata dan aparatur setempat. "Ini penting untuk antisipasi jika terjadi sesuatu atau butuh penanganan saat terjadi musibah," ungkap Rizki.

Sementara itu, Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi mengatakan, sebaiknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan pemerintah daerah untuk membuat pemetaan wilayah rawan, apalagi pada musim hujan.

"Perlu dibuatkan SOP (standar operasional prosedur) sistem peringatan dini kerentanan terhadap bencana di objek wisata. Termasuk fasilitas keselamatan dan sistem pengamanan. Jangan menunggu ada bencana, lalu saling menyalahkan, atau sekadar pasrah dan menyebut ini takdir," katanya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, pemerintah telah melakukan mitigasi di akhir tahun, khususnya bencana disebabkan cuaca ekstrem.

Menurutnya, cuaca ekstrem membawa setidaknya tiga potensi bencana yaitu banjir (bandang), tanah longsor, dan angin puting beliung (angin kencang).

"Banjir dan tanah longsor berhubungan langsung dengan kondisi dan daya dukung atau daya tampung lingkungan. Untuk pencegahan dalam jangka panjang, perbaikan kondisi lingkungan khususnya daerah resapan air/hulu dan sepanjang DAS (daerah aliran sungai) adalah hal yang mutlak harus dilakukan," katanya.

Untuk mitigasi jangka pendek, pemeliharaan saluran air dan drainase mulai dari drainase primer, sekunder hingga tersier perlu diperhatikan agar bisa berfungsi optimal saat intensitas hujan melebihi rata-rata.

Sementara persiapan kondisi kedaruratan, kesiapan personel, alat dan perangkat harus dipastikan agar tersedia saat dibutuhkan.

"Semua mitigasi itu merupakan pokok-pokok koordinasi BNPB dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dalam menghadapi potensi dampak dari cuaca ekstrem di bulan-bulan ke depan," katanya.

Dia mengatakan, penanggulangan bencana mesti tak lepas dari peran pemerintah daerah. Hal itu seiring dengan Permendagri 101/2018 tentang Standar Pelayanan Minimum Pemerintah Daerah yang di dalamnya termasuk hal penanggulangan bencana.

"Pemerintah daerah adalah ujung tombak penanggulangan bencana," katanya. (Knu/Asp/Pon)

Baca Juga:

Bogor Tanggap Darurat Bencana hingga 31 Desember 2022

#Bencana Alam #Hujan #Musim Hujan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Berulang, Masyarakat di Radius 6 Km Diminta Segera Mengungsi
Masyarakat diminta untuk tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah setempat, dan tidak terpengaruh isu tidak jelas
Angga Yudha Pratama - Selasa, 23 September 2025
Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Berulang, Masyarakat di Radius 6 Km Diminta Segera Mengungsi
Dunia
Topan Super Ragasa Terjang Filipina, Berpotensi Katastrofik dengan Ribuan Orang Dievakuasi
Topan super Ragasa berembus dengan kecepatan angin mencapai 230 km/jam.
Dwi Astarini - Senin, 22 September 2025
Topan Super Ragasa Terjang Filipina, Berpotensi Katastrofik dengan Ribuan Orang Dievakuasi
Indonesia
53 Rumah di Kabupaten Madiun Rusak karena Puting Beliung, Tidak Ada Korban Jiwa yang Dilaporkan
Banyak genting beterbangan setelah diterjang angin kencang disertai hujan pada Minggu malam.
Frengky Aruan - Senin, 22 September 2025
53 Rumah di Kabupaten Madiun Rusak karena Puting Beliung, Tidak Ada Korban Jiwa yang Dilaporkan
Indonesia
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 22 September 2025: Siap-siap Payung! Hujan Ringan Mengguyur Sebagian Wilayah pada Sore dan Malam Hari.
Suhu udara di Jakarta hari ini diperkirakan berada di kisaran 24-33 derajat Celsius, dengan tingkat kelembapan 57 hingga 96 persen
Angga Yudha Pratama - Senin, 22 September 2025
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 22 September 2025: Siap-siap Payung! Hujan Ringan Mengguyur Sebagian Wilayah pada Sore dan Malam Hari.
Indonesia
Mayoritas Wilayah Indonesia Bakal Berawan Hingga Berawan pada Senin (22/9)
Sementara itu, wilayah Bali dan Nusa Tenggara akan memiliki cuaca cerah berawan di Kupang, berawan di Mataram, dan hujan ringan di Denpasar
Angga Yudha Pratama - Senin, 22 September 2025
Mayoritas Wilayah Indonesia Bakal Berawan Hingga Berawan pada Senin (22/9)
Indonesia
Semburan Abu Tebal Gunung Semeru Setinggi 700 Meter, Pahami Zona Merah untuk Hindari Awan Panas dan Lahar Hujan
Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara
Angga Yudha Pratama - Senin, 22 September 2025
Semburan Abu Tebal Gunung Semeru Setinggi 700 Meter, Pahami Zona Merah untuk Hindari Awan Panas dan Lahar Hujan
Indonesia
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erups, Beberapa Desa Terancam Banjir Lahar Hujan
Badan Geologi meminta masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan pemerintah daerah setempat serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 19 September 2025
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erups, Beberapa Desa Terancam Banjir Lahar Hujan
Indonesia
Gempa Nabire Papua M 6,6 Sebabkan Jaringan Telekomunikasi Terputus dan Objek Vital Rusak
Tidak ada laporan korban setelah gempa kuat tersebut.
Dwi Astarini - Jumat, 19 September 2025
Gempa Nabire Papua M 6,6 Sebabkan Jaringan Telekomunikasi Terputus dan Objek Vital Rusak
Indonesia
BNPB Kirim Tim Reaksi Cepat ke Nabire, Tangani Dampak dan Kerusakan Akibat Gempa
Tim reaksi cepat itu bertugas mendampingi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nabire melakukan asesmen untuk menentukan status bencana di Nabire.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 19 September 2025
BNPB Kirim Tim Reaksi Cepat ke Nabire, Tangani Dampak dan Kerusakan Akibat Gempa
Indonesia
Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Nabire, Seluruh Jaringan Komunikasi Terputus
gempa bumi di 23 km Barat Laut Nabire menyebabkan layanan TelkomGroup di area Nabire, Botawa dan Enarotali mengalami gangguan.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 19 September 2025
Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Nabire, Seluruh Jaringan Komunikasi Terputus
Bagikan