Kesehatan

WHO Khawatirkan Penyebaran Mpox pada Anak-Anak

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 22 Agustus 2024
 WHO Khawatirkan Penyebaran Mpox pada Anak-Anak

Ilustrasi - Cacar monyet atau Mpox. (ANTARA/HO-Sutterstock)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MERAHPUTIH.COM - CACAR monyet (monkey pox/Mpox) telah menarik perhatian dunia. Penyebaran yang terjadi di beberapa negara menyeruakkan kekhawatiran.

Juru bicara WHO Margaret Harris, dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu, dikutip ANTARA, mengatakan Mpox adalah virus aktif yang dapat dengan mudah dihentikan selama mereka yang terkena diidentifikasi, kontak yang baik dengan mereka dijaga, dan langkah-langkah isolasi diterapkan.

Dalam catatan WHO, penyebaran cepat virus ini telah menarik perhatian global. Virus Mpox memiliki dua jenis genetik, yaitu Clade 1 dan Clade 2. Harris menyatakan keprihatinan atas jenis baru Clade 1b yang muncul tahun lalu. “Inilah yang kami khawatirkan karena virus ini menyebar sangat cepat. Ini juga memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak,” jelasnya.

Dengan menekankan bahwa salah satu kekhawatiran utama ialah penyebaran virus yang cepat, Harris mengatakan virus ini menyebabkan lebih banyak kasus pada 2024 jika dibandingkan dengan di 2023. Tahun lalu, banyak kasus Mpox telah tercatat lebih daripada sebelumnya.

Baca juga:

WHO tak Sarankan Vaksinasi Massal untuk Mpox



Untuk sementara ini, jumlah kasus Mpox meningkat di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Virus tersebut juga menyebar ke Burundi, Rwanda, Uganda, dan Kenya. “Kami melihat tingkat kematian yang lebih tinggi, sekitar 3 persen dan di kelompok yang sangat rentan, seperti anak-anak kecil, lebih tinggi daripada itu," katanya.

WHO sangat mengkhawatirkan dampak Mpox terhadap anak-anak kecil. Oleh karena itu, kata Harris, penting untuk memahami bahwa populasi yang terkena dampak penyebaran ini ialah mereka yang terlantar akibat konflik. “Mereka berada dalam situasi yang sangat genting,” katanya.

Selain anak-anak, mereka yang terinfeksi cacar dan HIV lebih mungkin mengalami bentuk Mpox yang lebih parah. “Mereka memiliki risiko kematian yang lebih tinggi,” tutup Harris.(*)

Baca juga:

WHO Tegaskan Mpox tak Menular lewat Udara

#Kesehatan #Cacar Monyet
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan