Virus Marburg Merebak, Rwanda Terapkan Langkah Pengendalian


Kelelawar buah disebut sebagai vektor penyebaran virus marburg.(foto: pexels-anacardia)
MERAHPUTIH.COM - RWANDA melakukan reaksi cepat. Beberapa hari setelah mengumumkan wabah virus marburg, pihak berwenang di negara tersbeut memperkenalkan langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran virus.
Penjabat Direktur Jenderal Rumah Sakit Pendidikan Universitas Butare Christian Ngarambe mengatakan langkah-langkah baru ini mengharuskan fasilitas kesehatan menerapkan protokol ketat untuk menerima dan menangani pasien yang menunjukkan gejala virus marburg. “Penting untuk mematuhi langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi,” tegasnya, seperti dilansir ANTARA, Rabu (2/10).
Langkah-langkah pengendalian itu meliputi pelarangan kunjungan ke pasien yang dirawat di rumah sakit selama 14 hari mendatang. Seorang pasien hanya diperbolehkan memiliki satu pendamping dalam satu waktu, sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Rwanda.
Selain itu, langkah pengendalian juga meliputi tata laksana pemakaman. Kementerian melarang upacara berjaga dan doa bersama untuk mengurangi risiko penularan virus. Upacara pemakaman bagi mereka yang meninggal akibat marburg dibatasi maksimal 50 orang, sedangan peti jenazah terbuka dilarang di rumah, gereja, atau masjid dan hanya diizinkan dilakukan di area yang telah ditentukan dalam fasilitas kesehatan dengan jumlah orang yang terbatas.
Baca juga:
Hingga Senin (30/9), 26 orang telah dikonfirmasi terjangkit virus ini, termasuk sembilan orang yang meninggal. Kementerian Kesehatan Rwanda menyatakan hingga kini 300 individu yang diidentifikasi sebagai kontak kasus terkonfirmasi sedang diisolasi untuk pemantauan ketat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut marburg punya tingkat kematian hingga 88 persen. Marburg berasal dari keluarga virus yang sama dengan ebola. Penyakit akibat virus marburg dimulai secara tiba-tiba, dengan gejala demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan yang hebat. Banyak pasien mengalami gejala perdarahan hebat dalam tujuh hari.
Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar antarmanusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, permukaan, dan material yang terpapar virus. Gejala infeksi virus ini termasuk demam tinggi, sakit kepala hebat, muntah, dan nyeri otot.(*)
Baca juga:
Pernyataan Kemenkes Terkait Virus Mematikan Marburg di Indonesia
Bagikan
Berita Terkait
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
