Ve Handojo: Indonesia Butuh Manajemen Seni

Ve Handojo saat ini sedang menekuni proyeknya bersama Atreyu Moniaga. (Foto: Ve Handojo)
Selain berkutat di bidang seni film, Ve Handojo juga berkutat di bidang seni murni. Dengan segala kesibukannya di bidang penulisan skenario film dan sinetron, Ve mengaku tidak sempat menekuni kesenangannya mengorganisasi pameran kecil untuk seniman-seniman muda. Sampai di tahun 2015 Ve bertemu dengan Atreyu Moniaga, seorang dosen dan seniman, ia merasa sudah saatnya kembali ke dunia seni murni.
"I’m not an artist, walaupun aku bisa nulis film, tapi enggak sampai dalam level seni yang seni banget gitu," aku Ve tentang dirinya sendiri. Ia melihat, saat ini di Indonesia banyak talenta yang bagus, karena 'bahan mentah' seni di Indonesia sangat kaya, mulai dari budaya, bahasa, tarian, dan masakan pun sangat banyak ragamnya di Indonesia. Sekarang pun apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni sudah sangat baik.
Namun, menurut Ve, Indonesia saat ini membutuhkan arts management (manajemen seni).
"Modal sebenernya ada, perusahaan ini-itu mau ngemodalin. Cuma, arts management yang menjadi penghubung seniman dan orang-orang yang mau modalin itu nggak ada. Kita bahkan enggak punya mata kuliahnya. Orang mau belajar arts management itu di Indonesia enggak ada, adanya di Singapura. Di Indonesia belajar seni enggak dapet arts management-nya, orang bisnis belajar juga nggak ngerti, 'eh bisnis seni tuh gimana sih'," jelas Ve Handojo.
Awalnya Ve berniat hanya memanajemen Atreyu seorang, tapi kemudian mereka membuat Atreyu Moniaga Project, sebuah perusahaan manajemen. "Atreyu Moniaga Project" ini menginkubasi dan memberi pelatihan seniman-seniman muda dalam seni fotografi ataupun ilustrasi. Jadi, para seniman itu bisa fokus dan bebas berkarya, dengan perusahaan ini yang akan memanajemen dan mempromosikan seniman-seniman tersebut.
"Selama-lamanya sih (di "Atreyu Moniaga Project"), karena saya happy. Di sini kita kan bukan mengambil seniman-seniman yang sudah jadi, tapi mengambil seniman-seniman baru. Dan kayaknya enggak ada lagi deh (yang seperti ini)," tutup Ve.
Selain artikel ini, Anda dapat pula menyimak artikel inspiratif lainnya di Avani Eco, Bahan Nabati Bisa Jadi Sikat Gigi.
Bagikan
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

Seniman Tato Korea Selatan Perjuangan Revisi Tattooist Act, Janjikan Praktik Sesuai Standar Kesehatan dan Keamanan

ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer

Museum MACAN Gelar Pameran “GORENGAN Bureau”, Karya Adi Sundoro yang Penuh Edukasi

Melihat Jejak Kolonialisme dan Krisis Lingkungan Karya Kei Imazu di Museum MACAN
