UMKM yang Menjelajah Mancanegara
UMKM juga bisa mengembangkan diri ke pasar mancanegara, dilakukan upaya oleh pemerintah RI untuk mendorong UMKM naik kelas.. (Instagram@gendhisbags)
GENCAR, upaya Pemerintah RI terus mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk naik kelas. Tak cuma itu UMKM juga bisa mengembangkan diri ke pasar mancanegara.
Salah satu cara untuk memperkuat posisi UMKM Indonesia di pasar Internasional adalah berkolaborasi dengan Digiasia Bios. Kemitraan ini tuangkan dalam penandatanganan perjanjian kemitraan strategis dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Blitznet, platform yang menghubungkan penjual dan pembeli bahan baku di Indonesia. Kemitraan ini baru berjalan sejak September 2023.
Mengutip pemberitaan Detik, tujuannya adalah untuk mengembangkan aplikasi berbasis situs digital ekspor yang akan memberikan peluang baru bagi pelaku usaha berorientasi ekspor di Indonesia. Sasaran utama adalah meningkatkan daya saing UMKM terutama para debitur dan mitra binaan LPEI. Upaya ini sejalan dengan arahan Presiden Indonesia untuk mendorong UMKM naik kelas dan mengembangkan kegiatan ekspor berbasis situs digital.
Nah, ternyata sudah ada deretan UMKM yang telah lebih dulu mendunia lho. Merahputih.com merangkumnya, yuk simak.
Baca Juga:
PT Ika Indo Industri Karbonik
Perusahaan yang berasal dari Medan, Sumatera Utara ini membuat ekspor karbon aktif yang banyak digunakan di pasar Amerika dan Eropa. Bahan bakar ini terbuat dari batok kelapa. Pada awalnya, perusahaan ini hanyalah sebuah UKM yang didirikan sejak tahun 1988 dan berhasil berkembang pesat baik dari sisi inovasi dan juga teknologinya.
Schmiley Mo
Nama Schmiley Mo sangat awam bagi masyarakat London, Inggris. Ternyata, produk fesyen satu ini merupakan produk Indonesia. UMKM terkenal yang didirikan oleh Diana Rikasari dan dipamerkan di Pure London, Olympia ini berhasil mencuri mata banyak orang. Pameran di London yang dihadiri oleh Schmiley Mo bertujuan untuk mempertemukan para pebisnis di bidang fesyen, mulai dari pakaian, celana, tas, dan aksesoris lainnya.
Diana awalnya merupakan blogger di bidang fesyen yang aktif menulis sejak 2007. Berbekal kecintaannya di bidang fashion, Diana mencoba peruntungan dengan mulai berbisnis melalui e-commerce. Saat itu, Diana berjualan sepatu wanita dengan brand bernama Up. Banyak sekali kendala yang harus dihadapi oleh Diana saat membangun brand ini. Salah satunya karena banyak karya replika yang beredar di pasar.
Pada tahun 2014, Diana membuat merk baru PopFlats yang dikenal dengan desainnya yang segar dan playful. Di tahun 2016, Diana memutuskan untuk membuat clothing line dengan nama Schmiley Mo.
Brand ini tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dikenal oleh pelanggannya. Pola dan patches yang ada di pakaian dengan brand ini sangatlah unik. Pola yang sering digunakan antara lain emoticon, buah-buahan, junk food, gadget, dan berbagai hal unik lainnya.
Warna tropikal dan sunrise menjadi pilihan tone yang digunakan pada produknya, menunjukkan kesan fun, nyentrik, cerah, dan muda. Kemudian produknya ini berhasil diekspor ke berbagai negara seperti Uni Emirat Arah. Selain itu produk ini pernah dipamerkan di Torino Fashion Week, Italia.
PT Bambu Media Cipta Persada
PT Bambu Media Cipta Persada merupakan perusahaan yang bergerak di dunia pembuatan strategi program yang unik supaya bisa mengekspor komoditi di Indonesia. Perusahaan ini mampu menjaga kearifan lokal Indonesia dengan tujuan ekspor ke Eropa. Program-program ini diekspor ke Eropa, Amerika Selatan, dan Korea.
Bandar Mina
Pernah mendengar ikan kerapu macan? Komiditi ini menjadi salah satu bahan makanan yang diekspor ke luar negeri. Bandar Mina, UMKM terkenal dari Bali Utara ini mengekspor bebek dan ikan kerapu macan ke berbagai negara seoerti Hongkong, Cina, Jepang, Thailand, Singapura, dan Amerika Serikat.
Ikan ini dikemas sedemikian rupa untuk menjaga kesegaran hingga sampai ke tangan konsumen. UKM ini dinilai berhasil memberdayakan para nelayan dan penduduk Bali untuk memperoleh bibit ikan kerapu unggul.
Baca Juga:
PT Mubarokfood Cipta Delicia Jenang
Jenang 33 Kudus yang diproduksi oleh PT Mubarokfood Cipta Delicia dilirik oleh pelanggan mancanegara. Walaupun banyak yang melihat UMKM ini dengan sebelah mata, Jenang 33 Kudus memiliki pasar yang loyal di China, Taiwan, dan Amerika Serikat.
Gendhis Bag
Didirikan di Jogja pada tahun 2002 oleh Ferry Yuliana, awalnya ia hanya mencoba-coba. Profesinya saat itu sebagai dokter gigi sudah sangat menguras waktu. Bahan-bahan yang digunakan oleh Gendhis Bag adalah bahan yang alami seperti agel, rotan, rumput laut, mending, dan juga bambu.
Gendhis Bag mendayagunakan ibu-ibu PKK dan lembaga permasyarakatan. Banyak pria yang turut membantu proses menjahit dan memotong bahan. Sebelum pembuatan tas model baru, Ferry biasanya meminta mendapat orang-orang terdekatnya sebelum memutuskan untuk benar-benar memproduksinya.
Dalam satu bulan, Gendhis Bag dapat memproduksi antara 300 hingga 500 tas. Yang menarik, Gendhis Bag hanya memproduksi 25 tas untuk satu model. Ada pula tas yang diproduksi dengan edisi terbatas, dengan jumlah satu tas saja per model. Edisi terbatas memiliki harga yang fantastis, sekitar Rp2,5 juta. Rata-rata, Gendhis Bag dibanderol dengan harga Rp300 ribu untuk tas yang non edisi terbatas.
Ferry juga membuat tas berdasarkan pesanan, misalnya pesanan untuk tamu kedutaan. Tas produksi Gendhis Bag sudah sering dipesan oleh orang-orang penting seperti Ani Yudhoyono dan Iriana Widodo. Saat ini, Gendhis Bag sudah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Venezuela, Malaysia, dan Spanyol.
Kejaya Handicraft
Berpusat di Banyuwangi, Jawa Timur, Kejaya Handicraft didirikan oleh Khotobin sekitar tahun 1998. Kejaya memproduksi berbagai barang dari bahan-bahan limbah mebel, pelepah pisang, bambu, dan bahan-bahan alam yang ditemukan di Desa Tambong, Kabat, Kabupaten Banyuwangi.
Sudah lebih dari 100 jenis aneka kerajinan tangan yang dibuat, mulai dari asbak kayu, tas dari pelepah pisang, sabuk dari tempurung kelapa, dan kap lampu dari bambu.
Produk dipasarkan dengan cara dititipkan di beberapa toko suvenir yang ada di Bali. Hal ini tidak berjalan mulus karena Kejaya sempat memiliki utang yang menumpuk. Namun, hal ini tidak membuat Khotibin putus asa. Tidak lama, Khotibin mendapatkan tawaran kerjasama sbeagai pemasok bahan baku lidi dan tapas kelapa dari salah satu perusahaan. Aneka kerajinan tangan juga terus diproduksi oleh Khotibin dengan memberdayakan ratusan warga desa.
Saat ini, produk yang dihasilkan oleh Kejaya Handicraft semakin bervariasi. Salah satunya adalah produk parfum mobil yang dikombinasikan dengan kerajinan yang terbuat dari karung goni. Produk Kejaya Handricraft sudah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Taiwan, dan Italia.
Griya Batik Notohadinegoro
Griya Batik Notohadinegoro adalah batik dengan motik khas Jember, yaitu motif tembakau. UMKM ini telah berdiri sejak tahun 2015. Selama perjalanan produksi batik, akhirnya Griya Batik Notohadinegoro berhasil dikenal hingga ke luar kota Jember, yaitu Bali dan Jakarta.
Mereka juga pernah berkolaborasi dengan Fashion Designer ternama, yaitu Monalisa Lambang. Dikutip dari situs resmi Lokakarya, saat ini Griya Batik Notohadinegoro telah melenggang ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Wah, bangga, ya! (dgs)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Jangan Cuma Tulis 'Renyah dan Gurih', Literasi Jadi Kunci UMKM Kaya Mendadak
Aktivitas UMKM Budidaya Ikan Mas Koki Beromzet Ratusan Juta
Pramono Targetkan Tahun Ini Fasilitasi 5.000 Sertifikasi Halal
Pemerintah Akan Perpanjang Jangka Waktu PPh Final UMKM 0,5 Persen hingga 2029
Komdigi Bekukan Izin Live TikTok, DPR Khawatirkan Nasib UMKM
Bank Jakarta dan Indogrosir Resmikan Toko Mandiri Difabel, Bantu Bangun Ekosistem UMKM
Gubernur Pramono Jamin Raperda Kawasan Tanpa Rokok Tak Akan Matikan Bisnis UMKM
Menkeu Tunda Penunjukan E-Commerce Untuk Memungut Pajak Penghasilan 22 dari Pedagang
UMKM Angkat Kaki dari District Blok M, PT MRT Sebut Koperasi Langgar Perjanjian Biaya Sewa
UMKM Binaan KAI Siap Go Global Lewat Sertifikasi Halal, BPOM, dan HKI