Tradisi Bau Nyale, Tradisi Penuh Filosofi

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 17 Juni 2017
Tradisi Bau Nyale, Tradisi Penuh Filosofi
Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi menangkap cacing laut di Lombok, NTB (Foto: wisatalombokaja.blogspot)

Bau nyale merupakan tradisi yang dilakukan olek suku Sasak di Lombok, NTB. Selain menjadi tradisi, bau nyale juga menjadi identitas dari suku Sasak. Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut. Berasal dari bahasa Sasak, "Bau" berarti menangkap dan "Nyale" berarti cacing.

Karena yang diburu adalah cacing laut, tradisi ini dilakukan tepi pantai. Cacing laut tersebut akan nampak di tepi pantai pada waktu tertentu saja, biasanya pada bulan ke 10 berdasarkan penanggalan suku sasak, yang sama dengan bulan Februari atau Maret.

Menurut kepercayaan suku Sasak, cacing laut tersebut berkaitan dengan kesejahteraan dan keselamatan. Cacing ini dipercaya bisa menyuburkan tanah agar menghasilkan panen yang memuaskan. Dengan demikian, hasil cacing tangkapan, akan ditaburkan ke sawah-sawah.

Nyale (Foto: dioardi.wordpress)

Tradisi ini berawal dari cerita legenda lokal, yakni kisah Putri Mandalika, putri cantik dan sangat baik hati. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak pangeran yang jatuh cinta kepada Putri Mandalika. Masyarakat Sasak percaya bahwa nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika.

Penanda dimulainya tradisi ini ketika ada hujan deras pada malam hari yang disertai angin kencang dan petir. Nyale akan keluar ketika usai hujan pada malam hari dan diganti dengan hujan rintik. Menjelang subuh, jumlah nyale akan semakin banyak dan tradisi tersebut pun dimulai.

Dapat dibilang, bahwa tradisi ini membuktikan bahwa masyarakat Lombok peka terhadap kondisi alam. Dengan demikian filosofi akan kehidupan alam masih mengental pada masyarakat Lombok.

Baca juga artikel mengenai Omed-Omedan: Tradisi Saling Tarik Dan Berpelukan Untuk Memupuk Kesetikawanan

#Tradisi Unik #Budaya Nusantara
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan