Terlalu Banyak Konsumsi Daging Ternyata Bahaya untuk Planet Bumi


Tanpa kita sadari, produksi daging ternyata berbahaya bagi kelanjutan lingkungan (Foto: Pixabay/vika-imperia550)
DAGING tentunya menjadi bahan makanan favorit banyak orang. Entah itu ayam, sapi, ikan atau hewan-hewan lainnya. Tak nikmat rasanya jika tidak ada daging di atas meja makan. Ternyata terlalu banyak mengonsumsi daging memiliki dampak yang buruk bagi Bumi kita.
Lho kok bisa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak faktor yang mesti dipertimbangkan. Pertama, yaitu banyaknya peternakan yang dibangun. Tentunya untuk memenuhi permintaan daging yang tinggi di pasar.
Baca juga:

Untuk membangun peternakan tentunya membutuhkan lahan yang luas. Alhasil, banyak lahan lain misalnya sawah atau hutan yang akhirnya dialihkan menjadi peternakan.
Padahal untuk dapat menjalankan fungsi peternakan, tentunya dibutuhkan juga lahan pertanian. Tak lain untuk memenuhi kebutuhan pangan ternak. Ini artinya membangun satu peternakan saja memakan lahan yang sangat luas.
Padahal mungkin dengan jumlah lahan tersebut, kita bisa memberi makan lebih banyak orang jika digunakan untuk pertanian saja. Menurut sebuah penilitian di lama IOP Science, daging dari ternak hanya menyimpan 3-17% kalori yang kita beri melalui pangan mereka. Ini artinya kita telah membuang lebih dari 80% kalori yang bisa didapatkan. Belum lagi jumlah air yang kita beri kepada ternak.
Baca juga:
Masih berhubungan dengan faktor pertama, sempitnya lahan kosong di Bumi saat ini akhirnya mendorong beberapa peternakan untuk memanfaatkan lahan mereka sebaik mungkin. Salah satunya dengan memaksa banyak ternak masuk ke dalam ruang yang sempit.
Menurut penemuan dari ASPCA, banyak sapi potong di Amerika Serikat yang dipaksa diam di depan tempat makanan dalam satu barisan. Mereka tidak dapat bergerak kemana-mana secara bebas.
Parahnya, makanan mereka diberi antibiotik agar tidak mudah terkena penyakit. Terlalu banyak memberi antibiotik dapat menimbulkan masalah baru. Yaitu munculnya bakteri super yang tahan terhadap antibiotik.

Begitu juga dengan peternakan ayam. Menurut laman FarmSanctuary, beberapa peternakan mengembangbiakkan ayam dalam kandang sempit yang membatasi gerakan mereka.
Lebih parahnya, peternakan-peternakan tersebut sampai tega membunuh anak ayam jantan begitu menetas dari telur. Ini karena ayam jantan tidak menghasilkan telur dan dagingnya dirasa kurang enak dibanding daging ayam betina.
Faktor ketiga yaitu limbah yang dihasilkan dari peternakan. Salah satunya adalah gas metana dari kotoran ternak. Gas metana tersebut ikut berperan dalam terciptanya efek rumah kaca (pemanasan global). Menurut Evironmental Protection Agency, kotoran-kotoran dari ternak di Amerika Serikat menyumbang 14% dari total gas rumah kaca yang dihasilkan negara Amerika Serikat.
Apa itu artinya kita harus berhenti mengonsumsi daging? Jawabannya tidak. Tentunya banyak nutrisi dari produk hewani yang tetapi dibutuhkan oleh tubuh kita. Hanya saja jumlah daging yang kita makan perlu dibatasi. Dan tentunya lebih banyak mengonsumsi sayuran yang tentunya menyehatkan bagi tubuh kita. (Sep)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Stok Diklaim Melimpah Tapi Harga Daging Tinggi, Asosiasi Pedagang Curiga Ada Permainan

Rawon Bisa Jadi Pilihan Untuk Makanan Olahan Daging Saat Idul Adha

Pemprov DKI Pastikan Stok Daging Sapi Aman Hingga Lebaran, Tapi Kenaikan Harga Tak Terpungkiri

Impor Dilakukan untuk Penuhi Pemintaan Daging saat Ramadan dan Idul Fitri

Pemerintah Berencana Impor Daging dari India, Legislator: Masa Rakyat Mau Dikasih Makan Penyakit

Harga Harga Bahan Pokok Yang Naik di Awal Agustus Ini, Daging Capai Rp 135.460 per Kg

Benarkah Konsumsi Daging Menyebabkan Diare?

Pj Heru Ingatkan Warga Jangan Buang Limbah Organ Hewan di Sungai

Harga Daging Sapi Bisa Capai 148 Ribu Per Kilogram

3 Provinsi Dipilih Buat Kejar Swasembada Daging Sapi Pada 2026
