Terapi Lumba-lumba Alternatif yang Menyenangkan untuk Sembuhkan Autisme


Ilustrasi Terapi Lumba-lumba (Foto: Dolphinaris.com)
Autisme bukanlah penyakit kejiwaan. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak, sehingga tidak menghasilkan gelombang sensori motor rhytm (SMR) yang menyebabkan perkembangan motorik dan kognitif lebih lambat. Ini juga yang menyebabkan anak-anak autis tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
Gejala yang sangat menonjol pada anak autis adalah cenderung apatis dengan orang-orang di sekitarnya; seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri.
Nah, untuk menyembuhkan anak-anak autis ini ternyata ada cara pengobatan alternatif dan menyenangkan, yaitu melakukan terapi bermain dengan ikan lumba-lumba. Terapi ini awalnya dikembangkan Dr.David Nathanson, Ph.D dari 'The Dolphin Human Therapy Centre' di Florida, Amerika Serikat pada awal 1980-an.
Endang Sumaryati dari Kompartemen Sarjana Fisioterapi 99 di Klinik Dolphin yang berada di Balai Samudera Taman Impian Jaya Ancol Jakarta, dalam sebuah artikel menyebutkan bahwa pola gelombang yang dihasilkan oleh ikan lumba-lumba ternyata mempunyai pola yang sama dengan gelombang sensori motor rhytm, yang ternyata gelombang ini tidak dimiliki oleh penderita autis.
Dengan demikian, pola gelombang pada ikan lumba-lumba bisa digunakan untuk menstimulasi anak autis agar mampu menghasilkan gelombang SMR. Hal ini mengikuti prinsip fisika frequency following response (FFR), di mana otak secara alami mengikuti frekuensi dari rangsangan luar yang mempunyai pola gelombang yang sama secara berirama dan berulang.
Terapi lumba-lumba ini sudah terbukti empat kali lebih cepat dibandingkan dengan terapi lainnya. Karena gelombang suara yang dikeluarkan oleh lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak pada anak penderita autis.
Lumba-lumba mempunyai gelombang sonar atau gelombang suara dengan frekuensi tertentu yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang, sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri.
Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter. Itu sebabnya beberapa ahli menyatakan terapi lumba-lumba baik untuk para penderita gangguan saraf. Terapi lumba-lumba bahkan disebut mampu meningkatkan kemampuan bicara dan keahlian motorik anak autistik.
Lalu bagaimana cara melakukan terapi dengan lumba-lumba? Pada saat menjalani terapi, harus dilakukan di kolam renang, pasien diminta berenang, menyentuh, memberi makan, hingga mengelus lumba-lumba. Tentunya yang digunakan adalah lumba-lumba jinak yang sudah terlatih. Selanjutnya, program terapi didesain sesuai kebutuhan anak dengan bimbingan khusus.
Salah satu tempat yang digunakan sebagai klinik terapi untuk anak-anak penderita autis adalah Klinik Dolphin yang berada di Balai Samudera Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.
Untuk mengetahui artikel lainnya tentang bagaimana menangani anak-anak autis, baca juga: Cara Tepat Tangani Anak-anak Penderita Autis
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
