Tari Lenggang Nyai, Inspirasi Perjuangan Kebebasan Wanita Betawi


Nyai Dasimah menjadi sosok yang menginspirasi Tari Lenggang Nyai (Foto: nadhifayuhana.blogspot)
Meskipun Jakarta sudah menjadi kota yang sangat modern, kota ini tetap mempertahankan kebudayaan aslinya, yakni Betawi. Salah satu budaya masyarakat Betawi adalah Tari Lenggang Nyai.
Kecintaannya akan kesenian Betawi membuat Wiwiek Widiastuti, seniman asal Yogyakarta menciptakan tarian ini. Kisah "Nyai Dasimah", cerita rakyat masyarakat Betawi, menginspirasinya dalam membuat Tari Lenggang Nyai.
Konon, Nyai Dasimah merupakan sosok wanita cantik dari Betawi. Banyak yang ingin memilikinya sebagai istri. Sang Nyai pun menemukan kebimbangan lantaran harus memilih antara pria Inggris atau Indonesia. Akhirnya Nyai Dasimah memilih menjadi istri kedua pria berkebangsaan Inggris bernama Edward William.
Namun, karena cara hidup per-nyai-an yang penuh aturan dan kungkungan, Nyai Dasimah pun memutuskan untuk memberontak. Nyai Dasimah adalah perempuan korban struktur kolonial yang ingin tetap mempertahankan jati diri dan harga dirinya. Maka dari itu dibuatlah tarian ini untuk mengenang perjuangannya meraih kebebasan.
Berbicara mengenai gerakan, tarian ini tentu menggambarkan karakter dari Nyai Dasimah. Keceriaan dan keluwesan dapat dilihat dari gerakan tari ini. Tak hanya itu, terdapat juga gerakan yang menggambarkan pergulatan batin Nyai Dasimah saat harus memutuskan untuk memilih belahan jiwanya.
Dibawakan secara kelompok, para penari wanita mengenakan busana percampuran budaya Betawi dan Tiongkok. Busananya berwarna kombinasi hijau terang dan merah terang. Mahkota, yang identik dengan budaya Tiongkok, menghiasi kepala para penari. Alat musik gambang kromong mengiringi pementasan tari ini.
Meskipun merupakan tarian kreasi baru, tarian ini sering dipentaskan dalam berbagai acara adat Betawi. Penyambutan tamu dan berbagai acara festival budaya juga kerap menampilkan Tari Lenggang Nyai.
Baca juga artikel mengenai tarian tradisional lainnya Melihat Perpaduan Budaya Melayu Dan Eropa Pada Tari Campak.
Bagikan
Berita Terkait
Perda 4/2015 Bikin Budaya Betawi Terancam Punah, Hal ini Bakal Selamatkan Identitas Jakarta

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Hotel Bintang 4 - 5 di Jakarta Wajib Tonjolkan Budaya Betawi selama 2 Bulan dalam Setahun

Maudy Koesnaedi Melawak Gaya Betawi Hadirkan Sketsa Kesehariaan Warga
Pimpinan DPRD DKI Minta Pemprov tidak Asal dalam Jatuhkan Sanksi kepada Pengamen Ondel-Ondel

Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta

Jadi Kado Ultah, Perda Larangan Ondel-Ondel Ngamen Rampung Sebelum HUT Jakarta

Ketua DPRD DKI Usulkan Kebudayaan Betawi Masuk Kurikulum Pembelajaran di Sekolah

Ketua DPRD DKI Dorong Pendidikan Budaya Betawi di Sekolah untuk Pelestarian Jangka Panjang

Gubernur Pramono Wajibkan 10 Hotel Bintang 5 Hadirkan Unsur Betawi
