Tak Tegas Soal Larangan Mudik, Pemerintah Dinilai Mencla-mencle


Warga melintas di depan spanduk berisi anjuran untuk tidak mudik di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (8/4/2020). (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww.)
MerahPutih.com - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengaku heran mengapa pemerintah masih menarik ulur untuk membuat kebijakan yang tegas yang melarang masyarakat mudik tahun ini.
Bahkan menurutnya, pemerintah membuat masyarakat bingung dalam menyikapi larangan mudik karena sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju saling silang pendapat.
Baca Juga:
Lebih dari 36 Ribu Sampel dari 196 Kabupaten dan Kota Diperiksa Terkait COVID-19
"Masyarakat dibuat bingung oleh berbagai pernyataan yang saling bertentangan soal mudik oleh pejabat-pejabat pemerintah pusat," ucap Fadli dalam keteranganya kepada wartawan, Rabu (15/4).
Eks Wakil Ketua DPR RI itu melanjutkan bahwa penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta dan sejumlah daerah lainnya tidak akan berarti banyak bila pemerintah tidak segera membuat aturan tegas yang melarang masyarakat untuk mudik.
Ia pun mendesak pemerintah segera membuat peraturan yang melarang tegas untuk mudik seperti yang telah dilakukan sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muhammadiyah.
"Lembaga-lembaga keagamaan sebenarnya sudah satu suara menanggapi kondisi darurat ini. Agak aneh malah pemerintah tidak tegas dan terkesan menunda-nunda dan mengambangkan isu ini," ucap Fadli yang juga Ketua Ikatan Keluarga Minang ini.

Ia juga meminta seluruh masyarakat Minang yang berada di perantauan tidak mudik lebaran tahun ini.
Menurutnya, mudik atau pulang kampung untuk bersilaturahmi dengan keluarga memang merupakan kegiatan yang memiliki nilai ibadah.
Namun, Fadli mengingatkan, mudik dalam situasi penyebaran virus corona seperti sekarang ini bisa mendatangkan kemudaratan, bahkan menambah masalah.
"Kami dari IKM meminta kepada seluruh masyarakat Minang untuk ikut berjuang menghentikan penyebaran COVID-19. Caranya dengan tidak mudik, atau menunda mudik ke kampung tahun ini," kata Fadli.
Baca Juga:
Update Corona DKI: Kasus Positif 2.447, Sebanyak 246 Meninggal Dunia
Meskipun sudah menjadi tradisi, kata Fadli, mudik bukanlah ibadah yang wajib dilakukan. Sementara ibadah-ibadah keagamaan wajib saja sudah menyesuaikan diri dengan kondisi kedaruratan corona.
Maka dari itu, mestinya soal mudik ini lebih mudah dibatasi dan dikontrol pemerintah.
“Syaratnya hanya butuh sikap tegas dari pemerintah alias tidak mencla mencle,” kata dia.
Fadli tidak bisa membayangkan bila terjadi ledakan jumlah orang terpapar COVID-19 di daerah-daerah.
“Mengingat kualitas fasilitas kesehatan di daerah belum sebaik di Jakarta, Bandung, Yogya, atau Surabaya. Itu sebabnya, larangan mudik harus segera diumumkan,” imbuhnya. (Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Legislator Gerindra Sebut WFA Jadi Salah Satu Teroboson Urai Puncak Saat Arus Mudik

Polisi Jerat Petugas Palang Pintu Kereta Api Akibatkan Kecelakaan 4 Pemudik Tewas

Rakyat Jadikan Angkutan Umum Jadi Pilihan Saat Arus Mudik dan Balik, Ada Peningkatan 8 Persen

Selama Angkutan Lebaran 2025 PT KAI Daop 6 Amankan Barang Senilai Rp 287 Juta

PT KAI Angkut 4,3 Juta Orang Pemudik, Ada 10 KA Jarak Jauh Jadi Favorit

Kendaraan Pemudik Lewat Gerbang Tol Ngemplak Boyolali Naik 72,06 Persen Selama Arus Mudik dan Balik

Jangan Takut! Posko Lebaran dan Bus TransJakarta Amari di Terminal Dipertahankan Sampai 11 April 2025

Dishub DKI Jakarta Keluarkan Peringatan Keras untuk Pemudik Bus AKAP: Jangan Turun di Pinggir Jalan!

Puncak Arus Balik di Jalan Tol Sudah Terlewati, Tinggal 20 Persen Kendaraan Belum Balik Jakarta

Penumpang Arus Balik Padati Pelabuhan Bakauheni Hingga Senin Dini Hari
