Tabrakkan Pesawat ke Asteroid, NASA Berhasil Uji Coba Misi Pertahanan Planet


Pada saat tabrakan, Didymos dan Dimorphos relatif dekat dengan Bumi, dalam jarak 11 juta kilometer. (Foto: freepik/kjpargeter)
SEBUAH pesawat ruang angkasa NASA dengan sengaja menabrak asteroid dalam uji coba pertama misi pertahanan planet kita. Peristiwa tabrakan terjadi pada pukul 19.14. waktu setempat disambut oleh sorakan dari tim misi di Laurel, Maryland, AS. Misi Double Asteroid Redirection Test (DART) telah diluncurkan 10 bulan lalu.
Sebenarnya, asteroid Dimorphos tidak berisiko menabrak Bumi, tapi dengan uji coba ini tim dapat menentukan cara membelokkan batuan luar angkasa yang dapat menimbulkan ancaman bagi Bumi di kemudian hari.
“Kita memulai era baru umat manusia, era saat ada potensi kita memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari sesuatu seperti dampak asteroid yang berbahaya dan penuh risiko. Sungguh hal yang luar biasa. Kita belum pernah memiliki kemampuan itu sebelumnya,” kata Direktur Divisi Ilmu Planet NASA Lori Glaze seperti diberitakan CNN, Senin (26/9).
BACA JUGA:
NASA Tingkatkan Detektor, Waspadai Asteroid Dekati Orbit Bumi
Pada saat tabrakan, Didymos dan Dimorphos relatif dekat dengan Bumi, dalam jarak 11 juta kilometer. Tim memperkirakan bahwa pesawat ruang angkasa menabrak asteroid pada titik sekitar 17 meter dari pusat batu ruang angkasa itu.
Tujuan dari pesawat ruang angkasa, selain menabrak, adalah untuk mempengaruhi pergerakan asteroid di luar angkasa, tetapi anggota tim DART mengatakan akan memakan waktu sekitar dua bulan bagi para ilmuwan untuk menentukan apakah orbit asteroid berubah.
Dimorphos adalah moonlet asteroid kecil yang mengorbit di asteroid Didymos yang dekat Bumi. Sistem asteroid itu tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, kata pejabat NASA, menjadikannya target sempurna untuk menguji dampak kinetik yang mungkin diperlukan jika asteroid berada di jalur yang tepat untuk menabrak Bumi.
Demi melindungi Bumi

Uji coba tersebut merupakan demonstrasi skala penuh pertama dari teknologi defleksi yang dapat melindungi planet ini.
“Untuk pertama kalinya, kami akan mengubah orbit benda langit di alam semesta secara terukur,” kata kepala Sektor Eksplorasi Luar Angkasa Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins Robert Braun di Laurel, Maryland, AS.
Near-Earth objects (NEO) atau objek dekat Bumi adalah asteroid dan komet dengan orbit yang menempatkannya dalam jarak 48,3 juta kilometer dari Bumi. Mendeteksi ancaman NEO, yang dapat menyebabkan kerusakan parah adalah fokus utama NASA dan organisasi luar angkasa lain di seluruh dunia.
Tabrakan ini direkam oleh LICIACube, atau Light Italian CubeSat untuk Pencitraan Asteroid, satelit kubus pendamping yang disediakan oleh Badan Antariksa Italia. CubeSat seukuran koper dikerahkan dari pesawat ruang angkasa dan berjalan di belakangnya untuk merekam apa yang terjadi.
Tiga menit setelah tabrakan, CubeSat terbang dengan Dimorphos untuk mengambil gambar dan video. Citra, meskipun tidak segera tersedia, akan dialirkan kembali ke Bumi dalam beberapa hari dan minggu setelah tabrakan.
BACA JUGA:
Dipilih karena ukuran

Dimorphos dipilih untuk misi ini karena ukurannya yang relatif sama dengan asteroid yang dapat menimbulkan ancaman bagi Bumi. Pesawat ruang angkasa itu sekitar 100 kali lebih kecil dari Dimorphos, sehingga tidak melenyapkan asteroid. Seandainya DART gagal mengenai Dimorphos, pesawat ruang angkasa itu akan ditempatkan di orbit yang menciptakan peluang lain dalam dua tahun.
Para astronom akan menggunakan teleskop berbasis darat untuk mengamati sistem asteroid biner dan melihat berapa banyak periode orbit Dimorphos berubah, yang akan menentukan apakah DART berhasil.
Teleskop berbasis ruang angkasa seperti Hubble, Webb dan misi Lucy NASA juga mengamati peristiwa tersebut.
Tidak ada asteroid yang saat ini berada di jalur dampak langsung dengan Bumi, tetapi ada lebih dari 27.000 asteroid dekat Bumi dalam segala bentuk dan ukuran.
Data berharga yang dikumpulkan oleh DART dan Hera akan berkontribusi pada strategi pertahanan planet, terutama pemahaman tentang kekuatan seperti apa yang dapat menggeser orbit asteroid dekat Bumi yang berpotensi bertabrakan dengan planet kita. (aru)
BACA JUGA:
Sukses dengan Uji Misi Artemis I, NASA Siapkan Peluncuran Roket ke Bulan
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
