Stereotip Mainan dan Warna Berdasarkan Gender, Ini Bahasan ilmiahnya


Stereotip seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu. (Foto: Unsplash/Ryan Quintal)
DI toko mainan sangat mudah membedakan antara mainan untuk anak lelaki dan perempuan. Dari bentuk, jenis atau warna menjadi pembeda yang paling mencolok. Seperti merah muda, ungu, kuning, renda, dan pita mendominasi untuk anak perempuan. Sementara biru, abu-abu, hitam, atau mobil-mobilan dan pistol-pistolan untuk anak lelaki.
Mengutip BBC, penelitan yang dilakukan oleh Newcastle University pada 2007, menemukan bahwa warna favorit yang paling banyak menjadi pilihan bagi partisipan pria dan perempuan dewasa adalah biru. Penelitian itu juga menemukan bahwa perempuan cenderung menilai warna dengan nuansa kemerahan daripada pria.
Baca Juga:

Peneliti menduga bahwa hal ini berakar dari wanita prasejarah yang bertugas sebagai pengumpul buah beri, sehingga lebih familiar dengan nuansa kemerahan buah beri.
Norma budaya juga dapat membentuk preferensi warna. Prinsip biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan tampaknya sudah menjadi anggapan umum yang hidup dalam komunitas. Tidak heran jika bayi-bayi menghabiskan masa tumbuh kembang awalnya memakai atau bahkan dikelilingi oleh dua warna tersebut.
Mengutip Hellosehat, tidak ada bukti ilmiah yang dapat memastikan bahwa biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan. Jsutru sampai awal abad 20-an, tren warna menjadi terbalik.
Professor Melissa Hines dari Cambridge University, mengidentifikasi kesenjangan gender dalam preferensi mainan. Ada beberapa bukti bahwa otak anak laki-laki dirancang untuk mengekspresikan minat awal pada permainan kasar dan fisik serta mainan yang bergerak. Sementara perempuan memilih boneka dan bermain peran.
Baca Juga:
Teori tentang Kenapa Disney Kerap 'Menghilangkan' Sosok Orangtua di Setiap Filmnya

The Guardian mewartakan bahwa hal ini berawal dari hormon androgen pria saat masih dalam kandungan. Penelitian ini bahkan juga menunjukkan bahwa ada kemiripan preferensi berdasarkan gender pada kelompok monyet, yang menyimpulkan bahwa preferensi mainan ditentukan oleh faktor bawaan.
Menurut Elizabeth Sweet, sosiologis sekaligus dosen di University of California, menjelaskan bahwa ada banyak studi yang menemukan bahwa mainan bergender membentuk preferensi mainan dan gaya bermain anak-anak.
Jangan sepelekan dampak ini. Stereotip terhadap pengelompokkan mainan berhubungan dengan ketidakadilan yang tercermin di kehidupan nyata di luar sana. Tidak hanya mainan, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sudah memiliki ide yang sangat jelas tentang pekerjaan yang cocok untuk anak laki-laki (pilot, pembalap, dokter, presiden, dan seterusnya) dan perempuan (ibu rumah tangga, model, dan seterusnya). Ide-ide ini sangat sulit untuk diubah di kemudian hari yang akhirnya mempengaruhi struktur dari angkatan kerja.
Jadi, biarkan anak memilih mainan yang mereka suka. Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk tunduk terhadap gagasan kuno orangtua yang didasari oleh kontruksi sosial dari peran gender. (and)
Baca Juga:
Butuh Kesepakatan Antar Anak dan Orangtua Dalam Penggunaan Internet
Bagikan
Berita Terkait
Lego Kolaborasi dengan Formula 1, Luncurkan Set Terbaru

Pedagang Mainan Musiman Kebanjiran Order saat Libur Lebaran di Pasar Asemka Jakarta

Demam Mainan Jelang Lebaran: Pasar Asemka Diserbu Pembeli, Penjualan Meroket!

LEGO Persembahkan Karakter 'Cataclaws' untuk Sambut Musim Liburan

Merayakan Dunia Balap dengan Koleksi Terbaru dari LEGO

Hyundai N Vision 74 Concept Hadir dalam Wujud Mobil RC

Sambut 2024 dengan Berbagai Lego Speed Champions Terbaru

Play-Doh Ajak Orangtua Cari Mainan yang Tepat untuk Asah Imajinasi Anak

Pengmas UI: Permainan Tradisional Tingkatkan Kecerdasan Emosional

Manfaat Permainan Bricks Bagi Anak
