Startup Bioteknologi AS Sukses Ternakkan Tikus Imut-Imut Berambut Emas Serupa Woolly Mammoth, Gajah Purba yang Telah Punah


Colossal Biosciences berhasil menciptakan tikus berbulu mammoth melalui rekayasa gen. (Foto: YouTube/IFLScience)
MerahPutih.com - Startup bioteknologi, Colossal Biosciences, baru-baru ini mengumumkan terobosan inovatif dalam upaya ambisius mereka menghidupkan kembali spesies yang sudah punah, seperti mammoth berbulu.
Perusahaan yang berbasis di Texas, AS, ini berhasil menciptakan tikus imut-imut dengan bulu tebal dan berwarna emas menyerupai mammoth, menggunakan teknik rekayasa genetika. Tikus itu disebut 'woolly mouse'.
Ben Lamm, co-founder dan CEO Colossal Biosciences, menyatakan bahwa tikus berbulu ini merupakan "poin pembuktikan besar" dalam misi mereka.
Meskipun belum ditinjau sejawat, penelitian ini dipublikasikan dalam sebuah makalah pracetak.
Namun, para ilmuwan tetap skeptis. "Saat ini, kita hanya memiliki tikus berbulu yang lucu, tanpa memahami fisiologi atau perilaku mereka," kata Robin Lovell-Badge dari Francis Crick Institute di London, seperti dikutip smithsonianmag.com (7/3).
Baca juga:
Penemu Fosil Gading Gajah Purba Usia 800.000 Tahun Dapat Kompensasi Rp 1 Juta
Colossal berencana menggunakan penyuntingan gen pada gajah Asia untuk menciptakan mammoth baru.
Embrio yang sudah dimodifikasi secara genetik akan ditanamkan ke rahim gajah betina dengan harapan akan lahir anak yang memiliki sifat seperti mammoth sebelum tahun 2028.
Eksperimen mereka pada tikus melibatkan modifikasi beberapa gen yang mempengaruhi bulu, seperti warna, tekstur, dan panjang.
Hasilnya, tikus yang lahir memiliki bulu panjang dan tebal, serta tampak sehat. Namun, efek dari modifikasi gen ini terhadap kelangsungan hidup jangka panjang tikus belum diketahui.
Para ilmuwan menilai bahwa meskipun eksperimen tikus ini menarik, memodifikasi gajah Asia akan jauh lebih sulit dan berisiko.
Selain itu, apakah menciptakan gajah yang menyerupai mammoth dapat dianggap sebagai kebangkitan spesies yang punah masih menjadi pertanyaan besar.
Baca juga:
"Anda tidak benar-benar menghidupkan kembali masa lalu kuno," kata Christopher Preston dari University of Montana.
Banyak pakar konservasi mempertanyakan arah proyek ini. Mereka menilai dana yang digunakan lebih baik dialokasikan untuk melestarikan spesies yang ada.
"Ini adalah bentuk arogansi. Ketika konservasi kekurangan dana, menciptakan hewan aneh hanya untuk dipertontonkan rasanya seperti pemborosan," ujar Sue Lieberman dari Wildlife Conservation Society. (dru)
Baca juga:
Apa Itu Sains? Definisi, Fungsi, dan Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
