Seorang Warga Meninggal akibat Bakteri Difteri


Ilustrasi vaksin. (Foto: Instagram @rikastevany)
MerahPutih.com - Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Barat Merry Yuliesday mengatakan, seorang warga meninggal dunia akibat terinfeksi bakteri Corynebacterium Diptheriae (difteri).
"Korban yang meninggal warga Pasaman Barat. Sementara, seorang lagi yang positif difteri dari Solok Selatan, sekarang sudah sehat setelah mendapatkan perawatan," kata Merry seperti yang dikutip dari Antara di Padang, Jumat (8/12).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan, Merry menjelaskan bahwa ada 23 kasus yang terjadi di Sumbar pada 2017. Indikasi itu tersebar pada 10 kabupaten dan kota seperti Kota Padang, Pesisir Selatan, Padang Pariaman.
Kemudian juga terindikasi di Kota Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Bukittinggi, Lima Puluh Kota, Solok Selatan, dan Kabupaten Agam.
Namun, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dari 23 korban yang terindikasi hanya dua kasus positif yaitu di Kabupaten Solok Selatan dan Pasaman Barat.
Merry menyebutkan, korban yang meninggal dunia di Pasaman Barat pada September 2017 berdasarkan informasi, tidak pernah melakukan imunisasi, ditambah lagi korban mengidap gangguan pertumbuhan.
Sementara itu, berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi terhadap 23 orang yang terindikasi, kembali ditemukan fakta bahwa mereka tidak lengkap melaksanakan imunisasi.
Menurutnya, untuk mencegah jangan terjadi lagi kasus difteri, Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya, yaitu program imunisasi yang terdiri dari peningkatan cakupan imunisasi baik dasar maupun lanjutan.
Selanjutnya melakukan mapping daerah yang sudah dua-tiga tahun berturut-turut tidak Universal Child Immunization (UCI) atau tidak semua anak diimunisasi untuk segera lakukan Back Lock Fighting (BLF) atau crash program.
Selain itu, juga dilakukan sosialisasi untuk mengajak masyarakat agar memberikan imunisasi kepada anak karena difteri merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
"Difteri ini tidak bisa diobati dengan obat herbal, karena difteri ini merupakan kuman, sehingga pengobatan yang dibutuhkan ialah antibiotik," katanya.
Difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium Diptheriae yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Kasus ISPA di Jakarta Terus Meroket, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Layanan 24 Jam Puskesmas Tingkat Kecamatan Jadi Jurus Andalan Pemprov DKI Lawan Meningkatnya Kasus ISPA

ISPA Jakarta Meledak Hampir 2 Juta Kasus, Dinkes Ungkap Biang Keladi Selain Polusi

Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala

Sejumlah Masalah Kesehatan Bisa Muncul Akibat Cuaca Panas Ekstrem, Ini yang Harus Dilakukan

Belasan Siswa SMPN 1 Wedi Klaten Keracunan MBG, Dinkes Klaten Ambil Sampel Makanan

60 Siswa di Jakarta Diduga Keracunan Program MBG, Dinkes DKI Pastikan Bakteri Jadi Penyebabnya

62 Persen ASN Pemprov DKI Obesitas, Dinkes Juga Buka Data Hipertensi, Diabetes hingga Kejiwaan

Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin

Kadinkes DKI Sebut 274 RW di Jakarta Berstatus Siaga TBC
