Sebangsa Merah Putih


Bangga memakai produk lokal. (MP/Fauzan)
HEBOH saling tuding penyebab dagangan sepi, saling adu konsep yang harus diikuti pada zaman now, saling tuding, saling tuding yang tak pernah ada ujungnya. Pemerintah kemudian memberikan solusi berupa pelarangan yang kemudian menyebabkan pedagang berkonsep kekinian meradang. Cuma satu pilihan mengikuti kebijakan pengelola negeri ini.
Melindungi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kemudian menjadi motivasi paling kuat. Benarkah? Entah. Namun yang jelas pada konsep berjualan saat ini, baik yang melakukan niaga di dunia maya atau dunia nyata tak jauh berbeda, keduanya adalah UMKM. Memiliki tujuannya yang sama, melariskan dagangannya.
Hanya saja memang memiliki keunggulannya masing-masing yang menjadi pilihan pembeli. Kemudahan menjadi keunggulan masing-masing pedagang beda konsep berjualan ini. Yang satu memberikan kemudahan tak perlu meninggalkan rumah untuk mendapatkan produk yang disukai, hanya duduk manis di rumah menonton penjualan cuap-cuap untuk menarik cuan. Barang disuka tinggal pesan dan sampai di depan rumah.
Sementara konsep pengelolaan pada dunia nyata mengharuskan pembeli mendatangi penjualnya, menempuh perjalanan yang penuh perjuangan dengan cuaca yang menjadi tantangan, dan memiliki kekuatan membawa belanjaannya. Keunggulannya para penjual ini dapat merayu pembelinya secara langsung dengan mempertontonkan produk-produk yang diincar oleh pembeli. Rayuan manis berujung cuan adalah harapan mereka.
Para pemburu cuan itu menjadi bagian dari roda pendorong dunia usaha yang berusaha menarik pembeli dengan keunggulan-keunggulan produk yang ditawarkan. Tak sedikit yang berani mengatakan bahwa produknya datang dari mancanegara memberikan prestis, keawetan dengan harga minimal. Pada meja yang lain hadir produk dalam negeri yang memiliki bahan pembuatan yang sama, dengan desain yang tak kalah menariknya, tanpa payah membayar mahal.
Keunggulan produk lokal terasa lebih baik dari waktu ke waktu. Produsen lokal mengerti betul bagaimana mengolah bahan dasar yang diramu dengan desain-desain menarik yang mampu membuat jatuh cinta pada pasar. Sayangnya pasar masih sedikit banyak melihat produk yang dianggap datang dari mancanegara sebagai kelebihan. Padahal kemungkinan besar produk-produk yang beredar bukan murni berasal dari mancanegara. Bisa jadi produk lokal yang ‘menyamar’ sebagai produk mancanegara.
Hebatnya lagi produk lokal berbau mancanegara sudah banyak yang bersliweran yang ‘menipu’ pembelinya. Produk-produk lokal ini meraup cuan dari pembelinya yang merasa tengah menikmati keunggulan produk mancanegara. Mudah sekali pembeli tertipu hanya dengan nama yang memang tak menyiratkan kelokalan.
Adu urat leher antar pedagang dalam dua konsep ini sebenarnya tak perlu terjadi. Dibutuhkan pemahaman pada perubahan karakter dunia usaha pada saat ini. Saling memberikan tempat, belajar memahami dan memenuhi kebutuhan mendapatkan cuan, melariskan produk lokal, dan memberikan kesenangan pada masyarakat yang menyenangi produk-produk unggulan. (psr)
Bagikan
Berita Terkait
Hijack Sandals Kokohkan Posisi dengan Rilisan Anyar

UMKM Butuh Dukungan Teknologi dan Legalitas

Halal Hub Menjadi Faktor Penting dalam UMKM

Keterlibatan Dunia Pendidikan dalam Upaya Pengembangan UMKM

Festival Kuliner Multietnis, Sajian 11 Suku Bangsa

Superbrands Beri Penghargaan ke 41 Pemilik Merek di Indonesia
Peranan Perempuan dalam Perkembangan UMKM di Tanah Air

UMKM Kuliner Sangat Penting Mengurus Sertifikasi Halal

Desi Indarti Dukung UMKM Indonesia Lewat Bisnis F&B Berbasis Teknologi

Pentingnya Mendaftar Merek Dagang untuk UMKM
