Sains

Satelit Baru NASA untuk Lacak Kenaikan Air Laut

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Minggu, 22 November 2020
Satelit Baru NASA untuk Lacak Kenaikan Air Laut

Satelit pertama dari yang berfokus pada laut dan akan memperluas penelitian NASA. (Foto: NASA)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

BADAN Penerbangan dan Antariksa (NASA) kembali menciptakan terobosan baru dan kali ini berkolaborasi dengan Badan Antariksa Eropa (ESA). Adalah Satelit-6 Michael Freilich yang nantinya berfungsi untuk memantau peningkatan permukaan air laut dan membantu para ilmuwan untuk melihat garis pantai dari angkasa luar.

Mengutip laman NASA, Sentinel-6 Michael Freilich ini diambil dari nama mantan Divisi Ilmu Bumi NASA Michael Freilich. Satelit gabungan AS-Eropa ini akan dibawa ke angkasa menggunakan roket Falcon 9 miliki SpaceX. Roket ini rencananya diluncurkan pada Sabtu (22/11) dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, bagian tengah California.

Satelit ini adalah satelit pertama dari yang berfokus pada laut dan akan memperluas penelitian NASA dan ESA tentang permukaan laut global selama 30 tahun kedepan. Satelit berikutnya, Sentinel-6B aka segera meluncur di 2025.

Baca juga:

NASA Minta Bantuan untuk Navigasi Curiosity Rover di Mars

“Pasangan satelit ini ditugaskan untuk memperpanjang rekor pengukuran tinggi permukaan laut global selama 30 tahun kedepan. Instrumen di atas satelit juga akan memberikan data atmosfer yang akan meningkatkan prakiraaan cuaca, model iklim, dan pelacakan badai,” ujar NASA.

NASA juga memberikan kontribusi layanan peluncuran, sistem darat yang mendukung operasi instrumen sains, proses data sains, dan dukungan untuk Tim Sains Topografi Permukaan Laut Internasional. peluncuran satelit ini dikelola oleh Program Layanan Peluncuran NASA, yang berbasis di Pusat Antariksa Kennedy di Florida.

Untuk mengukur permukaan laut, mereka akan memancarkan sinyal elektromagnetik ke lautan dan kemudian mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memantul kembali.

Baca juga:

Satelit Kuno NASA Masuk Masa Pensiun dan Kembali ke Bumi

NASA Luncurkan Satelit untuk Lacak Kenaikan Permukaan Laut
Para anggota tim Sentinel-6 Michael Freilich dari ESA sedang berada di depan satelit. (Foto: The Verge)

Ketika NASA mulai bekerja untuk meneliti kenaikan permukana laut pada 1990-an, para ilmuwan masih penasaran apakah prediksi tentang dampak perubahan iklim menjadi kenyataan.

“Sama yakinnya dengan gravitasi di sini, di tempat saya duduk, lautan ini naik dan kita perlu menagani apa yang memengaruhi hidup kita,” ujar seorang astrofisikawan, Thomas Zurbuchen.

Dengan peluncuran Satelit-6 Michael Freilich, ilmuwan NASA diharapkan dapat melakukan pengamatan dengan resolusi tinggi dan lebih dekat ke pantai.


Berbeda dengan misi sebelumnya, satelit pemantau Sentinel-6 ini akan mengumpulkan berbagai pengukuran pada resolusi yang jauh lebih tinggi dan mampu mengukur variasi tinggi permukaan laut yang lebih kecil. (and)

Baca juga:

NASA Menghabiskan Rp2,6 Triliun Untuk 'Hotel' Bulan

#NASA #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan