Parenting

Saat Teror Terjadi, Orangtua Wajib Dampingi Anak

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 31 Maret 2021
Saat Teror Terjadi, Orangtua Wajib Dampingi Anak

Anak perlu penjelasan mengenai kejahatan terorisme. (foto: dailymail)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

TEROR bom terjadi lagi di Tanah Air. Sebuah bom meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3). Ini bukan kali pertama ledakan bom mengguncang kedamaian Indonesia. Saat serangan bom terjadi, media langsung ramai memberitakan. Mulai dari kronologi kejadian, detail korban, hingga terkadang potongan gambar yang bisa sangat meresahkan.

Sebagai orangtua di masa serbadigital dan serbamudah dalam mendapat informasi, menghalangi anak untuk tidak melihat pemberitaan tentang terorisme amatlah mustahil. Pertanyaan kritis dari anak-anak akan muncul terkait dengan apa yang tengah terjadi.

BACA JUGA:

Cara Mengatasi Perubahan Sikap Anak Akibat Gawai

Di saat seperti itu, orangtua haruslah bersiap dengan jawaban yang mudah dimengerti sekaligus mengena. Penjelasan yang tepat, terarah, dan mudah dipahami akan membentuk karakter anak sekaligus kesadaran mereka tentang betapa pentingnya untuk memahami apa itu terorisme.

Sebagai panduan bagi para orangtua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan anjuran bagi para orangtua dalam menjelaskan kejahatan terorisme. Berikut hal-hal yang harus dilakukan orangtua dalam menjelaskan kejahatan luar biasa tersebut.


1. Cari tahu apa yang anak pahami

Berikan paparan fakta yang terkonfirmasi. (foto: the sun)

Sebelum memberi penjelasan, ada baiknya orangtua mengetahui dulu apa yang ada di pikiran anak tentang kejahatan terorisme. Tanyakan juga apa pendapat mereka mengenai hal tersebut.

Jika sudah, mulailah untuk membahas secara singkat apa yang terjadi. Sampaikan hanya fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi. Hal itu berarti orangtua hanya menyampaikan pernyataan resmi dari pihak berwenang. Ajak anak untuk menghindari spekulasi, apalagi berita palsu.


2. Hindari paparan media

Jika bisa, hindarkan anak-anak dari paparan media sosial. (foto: businessinsider)

Jika memungkinkan, hindarkan anak dari paparan media, terutama media sosial. Pasalnya, di media itu kerap beredar gambar-gambar korban ataupun kejadian yang membuat resah, terlebih untuk anak di bawah 12 tahun.

Yang tak kalah penting, selalu dampingi anak saat menonton atau secara tak kebetulan melihat berita tentang kejahatan terorisme.


3. Identifikasi rasa takut

Tenangkan anak di masa tragedi. (foto: parents.com)

Perhatikanlah reaksi anak. Jika mereka terlihat menyimpan rasa takut, tenangkan mereka. Orangtua harus memahami bahwa tiap anak punya karakter yang unik.

Meskipun teror menimbulkan rasa takut, orangtua harus membuat anak merasa aman. Jelaskan kepada mereka bahwa kejahatan terorisme jarang terjadi. Meskipun demikian, anak tetap harus waspada di segala situasi.


4. Bantu anak berekspresi

Melihat atau mendengar peristiwa yang sedemikian rupa mengejutkan seperti serangan bom pastilah membekaskan jejak pada psike anak. Mereka mungkin merasa marah, takut, atau sedih.

Di saat demikian, orangtua wajib membantu anak untuk mengekspresikan perasaan mereka. Arahkan anak untuk merasa marah kepada sasaran yang tepat. Dalam hal ini pelaku kejahatan terorisme.

Hindarkan anak untuk memiliki prasangka kepada identitas golongan tertentu. Jelaskan secara perlahan bahwa tindakan teror dilakukan atas kesadaran pribadi pelaku tanpa membawa isu SARA.


5. Tunjukkan keberanian

Tetap beraktivitas untuk tunjukkan rasa keberanian. (foto: scholastic)

Karena teror dilakukan untuk menciptakan ketakutan, sudah seharusnya orangtua mengajarkan anak untuk tidak tunduk pada keinginan para pelaku teror. Jalani kegiatan bersama secara normal. Hal itu dilakukan utnuk memberi rasa nyaman serta membuktikan bahwa tidak perlu tunduk pada teror.

Selain itu, tetap jaga kebersamaan keluarga. Komunikasikan secara rutin dukungan orangtuan kepada anak.


6. Ajak diskusi dan mengapresiasi

Ajak anak mengapresiasi kerja aparat keamanan. (foto: dailyexpress)

Alih-alih menyoroti hal negatif, orangtua haruslah mengajak anak melihat sisi positif dari kejadian teror. Caranya, ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, dan petugas kesehatan dalam menangani korban, melayani, dan membantu warga di masa tragedi.

Sorotlah sisi kesigapan dan keberanian para petugas tersebut ketimbang membahas sisi kejahatan pelaku teror.

Pemahaman yang tepat dari orangtua akan menghindarkan anak dari kebingungan yang mungkin menjerumuskan mereka ke persepsi yang salah. (dwi)

#Parenting #Gaya Hidup #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Periode libur long weekend di Agustus ini jadi saat yang tepat untuk mengunjungi kolam renang.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 Agustus 2025
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Indonesia
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Perlu diiringi dengan edukasi yang mencakup tiga elemen kunci yakni anak, orangtua, dan tenaga pendidik.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Lifestyle
Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Orangtua juga perlu tahu bahwa ada sisi positif dari gim daring ini.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
 Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Bagikan