Rupiah Kembali Melemah, Hampir Rp 15 Ribu per USD


Uang Rupiah. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi (12/7) melemah 10 poin atau 0,07 persen.
Rupiah diperjualbelikan Rp 14.985 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.975 per dolar USD, pada perdagangan pembuka.
Baca Juga:
Rupiah Melemah, Anggota DPR Minta Pemerintah Segera Lakukan Antisipasi
Sementara, harga dasar emas batangan yang dijual oleh produsen emas terbesar di Indonesia PT Aneka Tambang Tbk atau Antam tercatat senilai Rp 966.000 per gram pada perdagangan hari ini.
Harga emas Antam mengalami penurunan harga Rp 3.000 atau 0,31 persen bila dibandingkan harga emas sehari sebelumnya yang mencapai angka Rp 969.000 per gram.
Pada pertemuan bulanan reguler yang disebut Eurogroup, eksekutif Uni Eropa memberikan pembaruan perkiraan ekonominya, menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi.
Komisaris ekonomi Paolo Gentiloni memperingatkan bahwa risiko terhadap ekonomi meningkat karena Rusia dapat memotong pasokan gasnya ke Eropa. Dia menambahkan Brussels dapat mengadopsi sejumlah langkah untuk mengurangi tekanan inflasi dari impor gas, termasuk batas harga, meskipun belum ada keputusan yang dibuat mengenai hal itu.
Pada Mei Komisi telah memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk 19 negara yang berbagi euro menjadi 2,7 persen tahun ini dari 4,0 persen yang diprediksi pada Februari, dan menjadi 2,3 persen tahun depan dari 2,7 persen, dalam penilaian pertamanya tentang dampak perang di Ukraina pada ekonomi blok.
Inflasi Mei diperkirakan menjadi 6,1 persen untuk tahun ini, yang dengan sendirinya merupakan kenaikan besar dari perkiraan sebelumnya 3,5 persen.
Sementara itu, The Fed sejak Maret telah menaikkan suku bunga untuk mencoba mengekang inflasi dan dalam waktu tiga pertemuan telah bergerak dalam seperempat poin, kemudian setengah poin, kemudian tiga perempat poin. Ini telah memicu perubahan cepat dalam kondisi keuangan yang terlihat pada suku bunga hipotek rumah yang lebih tinggi dan penataan kembali pasar keuangan obligasi dan saham.
"Ini sudah merupakan laju kenaikan suku bunga yang cepat secara historis bagi rumah tangga dan bisnis untuk beradaptasi, dan perubahan suku bunga yang lebih mendadak dapat menciptakan ketegangan, baik di ekonomi atau pasar keuangan," kata Presiden The Fed Kansas City Esther George dikutip Antara.
Pasar keuangan saat ini mengharapkan peningkatan yang lebih besar. Tetapi banyak investor dan ekonom juga telah menandai peningkatan risiko bank sentral dapat menaikkan suku bunga begitu tinggi sehingga memicu resesi. (*)
Baca Juga:
Rupiah Alami Tekanan, Sempat Mencapai Rp 15.039 per USD
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Rahayu Saraswati Keponakan Prabowo Mundur dari DPR, Fraksi Gerindra Langsung Proses Mekanismenya

Banjir Melanda Bali, BBMKG Prediksi Hujan Lebat Masih akan Terjadi hingga Beberapa Hari ke Depan

Menpora Dito Ariotedjo Pamitan di Instagram, Kena Reshuffle?

Hasil Kualifikasi Piala Asia U-23 2026: Rafael Struick Sumbang Gol, Timnas Indonesia U-23 Menang 5-0 Vs Makau

Oxford United Umumkan Peminjaman Marselino Ferdinan ke AS Trencin, Klub yang Pernah Diperkuat Witan Sulaeman

Timnas Indonesia Gilas Taiwan 6-0, Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans Catatkan Debut

Jadi Tersangka Kasus Korupsi, Nadiem Makarim Langsung Dipenjara di Rutan Salemba

Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu

Eks Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor Supit Terseret Korupsi Proyek Mempawah

KPK Panggil Khalid Basalamah Terkait Korupsi Kuota Haji
