Ruangan Seni Digital Terbesar di Dunia Ini Bekas Pangkalan Kapal Selam Jerman


Berada di are seluas 40 ribu meter persegi. (Foto: culturespaces)
NAZI dan kapal selamnya sudah lama hilang. Saat ini, U-Boot-bunker seluas 41 ribu meter persegi di Bordeaux menjadi rumah bagi Bassins de Lumières atau pusat seni digital terbesar di dunia.
Pangkalan kapal selam ini dibangun selama masa pendudukan Jerman antara tahun 1941 dan 1943. Selama bertahun-tahun tempat ini digunakan sebagai pabrik logam. Sesekali dipakai sebagai tempat festival dan set film.
Baca juga:

Namun minggu lalu, tempat ini terlihat jauh lebih glamor ketika museum Culturespaces membuka pintu untuk ruang seni digital terbaru mereka. The Bassins menempati empat kamar besar sepanjang 110 meter yang berpusat di sekitar kolam besar yang digunakan untuk menampung 16 unit kapal selam.
Ini berupa eksplorasi audiovisual dari karya-karya Gustav Klimt. Merupakan versi terbaru dari pameran digital yang meresmikan epik Atelier des Lumières di Paris. Juga pertama kali muncul di Carrières de Lumières di Les Baux-de-Provence.
Di dalamnya, interior mewah Imperial Vienna muncul di setiap permukaan. Kemudian berubah menjadi versi outsize dari lukisan paling terkenal Klimt. Mulai dari The Kiss hingga potret ikon emas dan perak Adele Bloch-Bauer (yang pernah dicuri oleh Nazi). Sementara itu karya Mahler, Wagner dan Beethoven meraung dari 80 speaker tersembunyi.
Baca juga:
Heart of the Earth, Seni Digital tentang Dampak Perbuatan Manusia terhadap Bumi

Sebuah pertunjukan berskala lebih kecil tentang pelukis abstrak Paul Klee, yang gaya individualnya memadukan pengaruh ekspresionis, surealis, dan kubisme, berjalan bersamaan dalam ruang yang sama.
Proyek Bassins mungkin jauh lebih ambisius daripada tempat-tempat Paris dan Provence. Dengan ruang 3 ribu meter persegi lebih dari tiga kali lebih besar dari keduanya. Justru kolam-kolam itulah yang membuatnya sangat menonjol.
Ketika dibuka untuk pertama kalinya minggu lalu, venue memiliki protokol sosial yang ketat. Wajib masker wajah dan pemeriksaan suhu di pintu masuk. Kamu harus memesan slot di awal, setengah jam sebelumnya. Namun pengujung yang berada di dalam tidak dibatasi oleh waktu.
Saat pembatasan lockdown berangsur menurun di seluruh dunia, kita dapat melihat daya tarik tempat seperti ini. Luas, berisik, imersif, dan begitu luar yang biasa tidak dihadirkan dalam semua tur virtual. (lgi)
Baca juga:
Suka Seni? Kamu Wajib Mampir ke Museum Unik di Paris Ini
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer

Menilik Pameran Seni Rupa Bertajuk Beyond Imagination di Gedung JDC Jakarta

Showbiz Tulis Cerminan Penyesalan Dalam 'What a Fool I've Been'

One Satrio Rayakan Tahun Kedua dengan Urban Oasis
Kisah Urbanisme dan Identitas dalam Pameran Foto ’TRANSIT’ di Prancis La Maison de L’Indonésie

Menilik Pameran Karya Lini Natalini Widhiasi Bertajuk Infinity Yin Yang di Galnas
