Roti Buaya, Lambang Kesetiaan Masyarakat Betawi


Ilustrasi roti buaya. (Foto: MerahPutih)
Dalam sebuah pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Betawi, roti buaya merupakan salah satu syarat wajib yang harus dibawa oleh calon mempelai pria. Pasalnya, roti yang berukuran 50 sentimeter itu melambangkan kesetiaan masyarakat Betawi.
Sesepuh Betawi, Abah Misar (85) menjelaskan bahwa pernikahan adalah sebuah momen sakral dan sarat akan filosofis tertentu. Begitu juga makna yang terkandung dalam roti buaya. “Dalam kehidupan modern, buaya selalu saja dikonotasikan dengan hal negatif. Bagi kami, itu (roti buaya) adalah lambang kesetiaan,” jelas Abah Misar di rumahnya, Jalan Kober Paderan RT 4/7, Jalan Raya Jagakarsa, Jakarta, Senin (27/2).
Hewan buaya yang dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai representasi dari seorang lelaki yang kerap berganti pasangan, ternyata tidak sejalan dengan orang-orang Betawi.
Ihwal tersebut, kata Abah Misar, sebenarnya merupakan realitas dari hewan buaya yang sangat setia pada pasangannya. “Buaya hanya kawin sekali dalam hidupnya. Selain itu, buaya jantan juga sangat melindungi pasangannya saat akan menelurkan anaknya dari segala macam ancaman,” kata Abah Misar.
“Karena itu, dalam budaya Betawi, saat melakukan pernikahan sang mempelai pria wajib membawa roti buaya, yang merupakan symbol dari kesetiaan,” tambahnya.
Menurut sejarawan Universitas Indonesia (UI), Sulaiman Harahap, roti buaya bukan merupakan sajian kuliner yang boleh dimakan. “Dalam tradisi Betawi, roti buaya hanya sebagai hiasan yang melambangkan kesetiaan. Jadi sebagai catatan penting, roti buaya memang bukan untuk dikonsumsi,” kata Sulaiman Harahap saat dihubungi merahputih.com.
Seperti diketahui, pada saat melakukan pernikahan, roti buaya selalu dibawa sepasang yang mana ukuran roti buaya lelaki lebih besar dibandingkan dengan roti buaya perempuan.
Dan, roti buaya lelaki mesti diletakkan di atas roti buaya perempuan, yang memiliki makna adalah representasi perlindungan lelaki dari wanita pasangannya saat menjalani biduk rumah tangga.
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Lebaran Betawi 2025 Digelar di Monas, ini Rangkaian Acara Lengkapnya

Pasar Baru Bakal Jadi Pusat Oleh-oleh Betawi, Wagub Rano: Kita Undang Mandra Biar Rame
Sekda Marullah: Pemuda Betawi Harus Terus Berkembang Ikuti Perubahan Zaman

Bir Pletok Bakal Jadi Minuman Selamat Datang Ketika Pramono Memerintah Jakarta
Jokowi Pakai Baju Adat Betawi di Sidang Tahunan MPR Terakhir

Bamus Suku Betawi 1982 Usulkan 5 Nama untuk Maju di Pilkada Jakarta

Bamus Betawi 1982 Harap Orang Betawi Jadi Anggota Dewan Kawasan Aglomerasi

RUU DKJ Resmi Jadi UU, LKB Minta Pejabat Jakarta Segera Susun Regulasi Turunannya

Hadiri Perayaan Lebaran Betawi, Heru Budi Singgung Jakarta Jadi Kota Bisnis Global
