10 November

Raden Aria Wangsakara, Pejuang dan Ulama Tangerang Jadi Pahlawan Nasional

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Rabu, 10 November 2021
Raden Aria Wangsakara, Pejuang dan Ulama Tangerang Jadi Pahlawan Nasional

Raden Aria Angsakara, sosok yang akan dianugerahkan gelar pahlawan nasional (Foto: buku Aria Wangsakara Tangerang/wikimedia commons)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PRESIDEN Joko Widodo akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 4 pahlawan pada tanggal 10 November 2021, bertepatan dengan Hari Pahlawan. Salah satu yang akan diberi gelar pahlawan nasional, yakni Raden Aria Wangsakara asal Banten.

Pengumuman penganugerahan gelar pahlawan nasional tersebut, diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, pada konferensi pers.

Baca Juga:

Ranggong Daeng Romo, Pahlawan Gerilya Asal Sulawesi Selatan

"Bapak Presiden sudah mengeluarkan keputusan untuk memberi gelar pahlawan, kepada empat pejuang yan menginspirasi, untuk membangun Indonesia yang merdeka dan berdaulat," ujar Mahfud MD, seperti yang dikutip dari kanal YouTube Kemenko Polhukam.

Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, Raden Aria Wangsakara merupakan ulama dan juga pejuang yang melawan VOC. Raden Aria Wangsakara dikenal sebagai pendiri wilayah Tangerang.

Raden Aria Wangsakara pejuang sekaligus ulama (Foto: bantenprov.go.id)

Selain itu, sejumlah cerita rakyat menyebut bahwa Aria merupakan laki-laki yang mencoba mengembara ketika terjadi bentrokan keluaga di Kerajaan Sumedang Larang.

Kerajaan Sumedang Larang adalah kerajaan terbesar di tanah Sunda, setelah kerajaan Pajajaran runtuh saat itu.

Selain sebagai pejuang, Aria pun dikenal sebagai ulama penyebar agama Islam. Saat itu, penyebaran agam Islam membuat Belanda ketakutan. Terlebih pusat penyebaran agama berada di dekat wilayah kekuasan Belanda, Batavia.

Karena alasan tersebut, Belanda menyerang Pesantren Grendeng yang lokasinya berada di tepi barat Sungai Cisadane, yang saat ini ada di Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.

Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1640. Adanya penyerangan tersebut menandai terbentuknya tempat hunian baru di Lengkong, Pagedangan, Kabupaten Tangerang.

Di tempat itu, para santri dari Pesantren Grendeng yang diusir Belanda, kemudian membangun Masjid dan membuat pesantren baru dibawah kepemimpinan Raden Aria Wangsakara.

Hal yang menjadi alasan migrasinya Raden Aria Wangsakara dari Tangerang (saat ini Masjid Agung Tangerang) ke wilayah tersebut. Adapun kemungkinan alasan lainnya, karena daerah yang dilewati sungai merupakan tempat yang paling disenangi. Kondsi tanahnya yang subur dan cocok untuk pertanian.

Baca Juga:

Pelesiran di Negeri Aing: ke Taman Makam Pahlawan Kalibata

Menariknya, ada sejumlah hal yang masih dijalankan hingga saat ini di wilayah Pagedangan, yang kental dengan peninggalan Raden Aria wangsakara. Karena, dia merupakan keturunan dari daerah Sumedang, dari segi bahasa warga disana terkadang masih menggunakan bahasa Sunda halus.

Kemudian, selain dari segi bahasa ada sumur tujuh yang saat ini sudah ditutup. Alasan ditutupnya lokasi tersebut, lantaran banyak disalahgunakan oleh pengunjung.

Sementara itu, pada sejumlah literatur sejarah Kabupaten Tangerang disebutkan, bahwa Raden Aria Wangsakara pergi dari Sumedang ke Tangerang, dengan dua saudaranya, Aria Santika dan Aria Yuda Negara.

Ketiga tumenggung dari Sumedang tersebut, kemudian mendapat restu dari Sultan Banten, Sultan Maulana Yusuf. Mereka diberi tugas menjaga wilayah dari tindakan kompeni. Kemudian berdirilah benteng di Lengkong Kyai, yang lokasinya berada di tepi Sungai Cisadane sebelah barat, hingga bendungan Sangego.

Di wilayah tersebut, Raden Aria Wangsakara menetap bersama sang istri, Nyi Mas Nurmala. Istrinya adalah anak dalem Bupati Karawang Singaprabangsa. Di Lengkong Kyai, menetap pengikut Raden Aria Wangsakara yang jumlahnya sekitar 500 orang.

Raden Aria Wangsakara akan dianugerahkan menjadi Pahlawan Nasional (Foto: Pixabay/mufidpwt)

Kemudian di tahun 1652-1653, VOC mencium aktivitas penyebaran agam di Lengkong Kyai, mendirikan benteng di sebelah timur Sungai Cisadane, yang berseberangan dengan wilayah kekuasaan Raden Aria Wangsakara.

VOC memprovokasi dan menakut-nakuti warga Lengkong Kyai, dengan mengarahkan tembakan meriam ke wilayah itu.

Sikap VOC itu lantas memicu pertempuran dengan rakyat Tangerang, yang berada di bawah kepemimpinan Raden Aria Wangsakara.

Peristiwa itu pun menjadi titik awal tumbuhnya jiwa patriotik rakyat Tangerang, yang dipimpin oleh Raden Aria Wangsakara. Karena kegigihan serta jiwa kepahlawanan kolektif, warga Lengkong akhirnya sukses mempertahankan wilayah, lewat pertempuran yang berkobar selama tujuh bulan berturut-turut. (Ryn)

Baca Juga:

Jenderal Soedirman, Pahlawan Indonesia yang Dibuatkan Patung di Negara Penjajah

#Hari Pahlawan #Pahlawan Nasional #Gelar Pahlawan Nasional
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
Wapres RI, Gibran Rakabuming Raka, diusulkan menjadi pahlawan nasional. Jasanya dianggap lebih besar dibanding Soekarno dan Soeharto.
Soffi Amira - Sabtu, 15 November 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
Indonesia
Komnas HAM Kecewa Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Minta Kasus Dugaan Pelanggaran di Masa Lalu Tetap Harus Diusut
Komnas HAM menyatakan kecewa atas pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto. Menilai keputusan itu melukai korban pelanggaran HAM berat era Orde Baru dan mencederai semangat Reformasi 1998.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 12 November 2025
Komnas HAM Kecewa Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Minta Kasus Dugaan Pelanggaran di Masa Lalu Tetap Harus Diusut
Indonesia
Menteri HAM Ogah Komentar Detail Soal Gelar Pahlwan Soeharto
Pigai menjelaskan Kementerian HAM tidak memberikan rekomendasi nama apa pun untuk diusulkan menjadi pahlawan.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 11 November 2025
Menteri HAM Ogah Komentar Detail Soal Gelar Pahlwan Soeharto
Indonesia
Marsinah Dijadikan Pahlawan Nasional, Bukti Negara Mulai Menghargai Kelompok Buruh
Marsinah mendapat gelar pahlawan nasional. Sekretaris Bidang Ketenagakerjaan DPP PKS, Muhammad Rusli menilai, negara mulai menghargai buruh.
Soffi Amira - Selasa, 11 November 2025
Marsinah Dijadikan Pahlawan Nasional, Bukti Negara Mulai Menghargai Kelompok Buruh
Indonesia
Dari Akademisi hingga Diplomat, Kiprah Prof. Mochtar Kusumaatmadja Kini Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional
Prof. Mochtar Kusumaatmadja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas perjuangannya memperjuangkan konsep Negara Kepulauan Indonesia di dunia internasional.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 11 November 2025
Dari Akademisi hingga Diplomat, Kiprah Prof. Mochtar Kusumaatmadja Kini Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia
Gus Dur dan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional, PKB: Bentuk Pengakuan Negara atas Jasa Besarnya
Gus Dur dan Syaikhona Kholil jadi pahlawan nasional. PKB pun mengapresiasi keputusan pemerintah yang memberikan gelar tersebut.
Soffi Amira - Senin, 10 November 2025
Gus Dur dan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional, PKB: Bentuk Pengakuan Negara atas Jasa Besarnya
Indonesia
Ubedilah Badrun Sebut Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bukti Bangsa Kehilangan Moral dan Integritas
Tanda bahwa bangsa Indonesia tengah kehilangan ukuran moral dan integritas dalam bernegara. ?
Dwi Astarini - Senin, 10 November 2025
Ubedilah Badrun Sebut Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bukti Bangsa Kehilangan Moral dan Integritas
Indonesia
Soeharto & Marsinah Barengan Jadi Pahlawan Nasional, SETARA Institute Kritik Prabowo Manipulasi Sejarah
"Mana mungkin Marsinah dan Soeharto menjadi pahlawan pada saat yang bersamaan," kata Ketua Dewan Nasional SETARA Institute, Hendardi
Wisnu Cipto - Senin, 10 November 2025
Soeharto & Marsinah Barengan Jadi Pahlawan Nasional, SETARA Institute Kritik Prabowo Manipulasi Sejarah
Indonesia
Aktivis Reformasi Sebut Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Bentuk Pengaburan dan Amnesia Sejarah Bangsa
Gelar kepahlawanan bukan sekadar bentuk penghargaan individual, melainkan mekanisme moral kolektif sebuah bangsa.
Dwi Astarini - Senin, 10 November 2025
Aktivis Reformasi Sebut Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Bentuk Pengaburan dan Amnesia Sejarah Bangsa
Indonesia
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Pimpinan Komisi XIII DPR Singgung Pelanggaran HAM Orde Baru
Pimpinan Komisi XIII DPR menyinggung soal pelanggaran HAM Orde Baru. Hal ini buntut dari pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto.
Soffi Amira - Senin, 10 November 2025
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Pimpinan Komisi XIII DPR Singgung Pelanggaran HAM Orde Baru
Bagikan